Saya benci demokrasi (# 1)

Demokrasi adalah kedaulatan di tangan rakyat. Bahkan kesakralan suara rakyat sehingga disamakan dengan suara Tuhan, vox populi vox dei (suara rakyat adalah suara Tuhan). Dibanyak Negara menganggap demokrasi adalah sistem politik paling ideal dibanding sistem politik lain. Terlepas dari keanekaragama model demokrasi, Indonesia adalah salah satu penganut demokrasi itu.

Demokrasi kini selalu dikampanyekan oleh
negara-negara barat. Dengan dalil demokrasi akan menjamin keadilan yang universal maka sistem ini selalu digemakan. Bahkan invasi militer oleh Negara-negara barat ke Timur Tengah dan Afrika Utara selalu dengan alasan demi tegaknya demokrasi.

Adalah Amerika Serikat (AS) yang mengklaim sebagai negara demokrasi nomor satu di dunia. Negara ini tak henti-hentinya mengajak semua negara untuk menerapkan demokrasi seperti yang dia lakukan. Tapi betulkah AS sebagai Negara yang paling demokratis di dunia sehingga kita harus mengikutinya? Atau betulkan dia menjamin keadilan semua Negara dengan demokrasi yang dimilikinya? Atau pantaskah kita menerapkan demokrasi seperti yang dianjutkannya?

Kita perlu melihat secara jelih terhadap AS. Tulisan ini tidak akan melihat kondisi internal dalam negeri AS melainkan akan melihat aktualisasi demokrasi dalam kebijakan luar negerinya. Mari melihat negeri Timur Tengah dan Afrika yang sejak awal 2011 mengalami pergolakan. Di tengah penentangan rakyat terhadap penguasanya yang otoriter yang kemudian dikenal dengan gerakan prodemokrasi tiba-tiba AS muncul untuk menyatakan dukungannya. AS berdalih penentanganya terhadapa rezim otoriter Timur Tengah dan Afrika Utara semata-mata karena menginginkan demokrasi terwujud di negara itu.

Ironis, kenapa AS baru menyatakan penentangannya terhadap rezim timur tengah dan Afrika ketika rezim tidak lagi memiliki kekuatan menahan protes rakyatnya? Padahal AS selama puluhan tahun melakukan perselingkuhan dengan para penguasa itu karena kepentingannya dilindungi. Sangat jelas, ketika AS tidak mampu lagi mempertahankan rezim yang selama ini melindungi kepentingannya, kemanisan wajahnya pun berubah menjadi sinis pada rezim itu. Hingga akhirnya satu persatu para pemimpin Timur Tengah dan Afrika Utara mulai berguguran atas dukungannya. Bahkan AS dengan keanggotaan di dewan keamanan PBB seenaknya memutuskan agar melakukan invasi militer terhadap rezim yang masi bersi keras mempertahankan kekuasaannya dan masih tidak menginginkan demokrasi.

Jika menilik negara Arab Saudi maka kita akan menemukan keironisan atas perlakuan AS. Negara ini menganut sistem monarki tradisional yang berlandaskan agama (islam). Kebebasan berpolitik sangat di tekan baik secara represif maupun secara hegemonik. Hak-hak perempuan sangat dibatasi meskipun akhir-akhir ini mulai di longgarkan. Singkatnya nilai-nilai demokrasi masih jarang kita temukan di negeri kaya minyak ini. Ironisnya, AS diam saja dan tidak pernah menyuarakan penentangan terhadap rezim yang berkuasa. Hal ini tidak lain karena AS terlindungi kepentingannya terutama dalam percaturan politik dan ekonomi di Timur Tengah.

Iran, inilah Negara yang paling keras terhadap AS. Negara ini tidak percaya dengan kampanye-kampanye demokrasi ala AS. Mereka sudah tahu kepentingan apa dibalik demokrasi yang diagung-agunkan AS. Mereka sangat paham bahwa demokrasi ala AS hanyalah alat untuk menjajah. Meskipun isu nuklir yang menjadi ikon untuk melawan Iran dan juga sebenarnya konsep Vilayat I faqih yang dianggap AS sangat otoriter namun Iran tetap menolak keinginan AS untuk menghentikan program nuklirnya. Berbagai sanksi dengan menggunakan PBB, AS seenaknya memberi hukuman terhadap Iran. Namun Iran tidaklah seperti Indonesia yang sangat tunduk terhadap keinginan AS.

Belum lagi jika kita melihat perlakuan AS terhadap Negara miskin (dunia ketiga. Dengan berkedok menegakkan demokrasi malah menjajah negara-negara tersebut salah satu korbannya adalah Indonesia. Umumnya mereka (baca: Negara dunia ketiga) adalah negeri yang kaya akan sumber daya alam. Namun dengan dana bantuan (modal) dengan dalih untuk menyelamatkan perekonomiannya maka negera-negara ini mengalami ketergantungan. Sehingga sistem ekonomi, politik, budaya, hukum, pendidikan dan semua lini kehidupan lainnya sangat mudah didikte oleh Negara Imprealis ini (AS).

Inilah AS Negara demokrasi yang katanya nomor satu dan terbaik di dunia. Dia berwajah dua dan berubah sesuai kepentingannya. Dia bagai musang berbulu domba yang datang membawa madu ternyata membawa racun. Disaat kepentingannya terlindungi di sebuah rezim maka rezim itu tetap di biiarkan berkuasa. Dan jika terjadi sebaliknya maka tunggulah kejatuhan rezim itu. Demokrasi yang dia maksudkan bukanlah atas nama keadilan melainkan menyimpan maksud untuk menguasai.

Jika begini kondisinya maka saya benci demokrasi.

Makassar, 5 January 2012

Komentar