Baca ke Tulis

Bacalah. Jika kita mendefinisikannya, berarti menanggkap makna dari sesuatu. Mungkin kebanyakan orang menganggap membaca hanya sesempit menangkap makna yang tertuang dalam tulisan. Tapi pertanyaan selanjutnya: dari manakah makna yang tertuang dalam tulisan sebelum ada tulisan? Tentunya dari pemaknaan sebelumnya. Pemaknaan atas hasil-hasil kerja epistemologi terhadap segala yang wujud (yang ada).

Logika sederhananya, sejak manusia lahir tidak ada pengetahuan yang ada pada dirinya. Mungkin yang ada hanyalah insting untuk menangis, buang hajat dan lainnya. Kemudian sejak mampu melakukan aktivitas pengindaraan dan berpikir maka disitulah ditemukan pengetahuan. Dengan kata lain sesungguhnya disitulah proses baca sudah dimulai. Dan terakhir bagi yang ingin mengejewantahkan hasil bacaannya maka di ikatlah melalui tulisan.

Budaya tulis, merupakan budaya yang belakangan lahir sebelum budaya baca. Karena  Tulis adalah manifestasi dari hasil baca. Baca mungkin hanya butuh organ mata, telinga dan pikir sedangkan tulis lebih dari itu. Tulis butuh organ tambahan seperti tangan ataupun kaki untuk mengukir makna-makna dalam literasi.

Ingat ketika Rasul Muhammad SAW menerima wahyu pertama. Beliau tidak disuruh untuk menulis melainkan bacalah!!! Bacalah makna-makna yang ada di sekitarmu. Untuk mengabadikan wahyu yang diterima agar tidak hilang begitu saja maka dibutuhkan tulisan. Seperti halnya dikatakan oleh Syaidina Ali bin Abi Thalib: ikatlah makna (pengetahuan) dengan tulisan. Maka wajar saja sebelum ada kertas disaat itu pelepah kurmah, tanah yang keras, tulang hewan dan lainnya digunakan untuk menuliskan wahyu-wahyu Tuhan kepada Muhammad SAW.

Budaya menulis merupakan bukti kemajuan sebuah kebudayaan bahkan tanda dari kebudayaan modern. Dengan kata lain membaca adalah tahap awal untuk menulis. Jadi untuk menjadi penulis maka membaca merupakan salah satu kewajiban mutlak.

Menulis juga bukti adanya sebuah peradaban yang pernah ada. Banyak sejarah dan kisah yang diketahui melalui banyak tulisan. Banyak intelektual-intelektual zaman dulu dikenal  karna adanya tulisan yang mereka karyakan atas  hasil pembacaan sebelumnya. Seandainya mereka tidak menulis pasti mereka akan tidak begitu dikenal bahkan tidak dikenal sama sekali dalam sejarah manusia. Karenanya ada idiom, Aku ada karena Aku menulis. Menulis yuk !!!

Komentar