Saling mengingatkan dan mengajak pada kebaikan


Kabar di kampung tentang pergaulan bebas serta prostitusi yang melibatkan masyarakatnya semakin santer terdengar. Hal ini menjadi desas desus yang semakin membesar. Apalagi telah beredar beberapa video yang tak senonoh tersebut. 

Dan menurut informasi yang beredar, video yang serupa masih ada lagi. Ibarat gunung es. Sesuatu yang kelihatan dipermukaan tampak sedikit tapi yang masih di bawah laut (yang tidak tampak) justru sangat banyak. Hanya saja, video-video itu belumlah muncul. 

Terkait ini sebenarnya telah tampak begitu jelas. Sebenarnya juga bukan hanya sex bebas melainkan minuman keras, perselingkungan dan tindakan melanggar normas sosial dan hukum lainnya. Namun, kasus-kasus tersebut bisa dikatakan baru heboh sekarang karena mungkin levelnya sudah memprihatinkan. Dan mengusik masyarakat lain, terutama ibu-ibu.

Dari sekian kasus, pergaulan bebas dan prostitusi yang cukup mendapat tempat dalam pembicaraan masyarakat. Pasalnya, di kampungku, hal ini masih merupakan hal yang sangat tabu walau secara perlahan level ketabuannya semakin terkikis. 

Namun, yang menarik dalam masalah ini adalah terdapat kontroversi antara yang mengecam dan yang cenderung tidak mempermasalah pelakunya. Meskipun untuk pihak yang mengecam lebih besar dan yang kontra hanya sekian persen. Dan yang tidak peduli juga cukup besar.

Untuk mengetahui itu, saya coba berselancar di media sosial facebook. Masyarakat di kampungku lebih banyak menggunakan meda sosial ini dibanding platform media sosial lain. 

Dari informasi yang saya dapatkan, bagi pihak yang tidak mengecam cenderung menganggap bahwa hal itu tidak perlu dipersoalkan dan cenderung membiarkan. Alasannya adalah terjadinya prostitusi tersebut dikarenakan persoalan ekonomi. Ada juga orang yang pasrah dengan membiarkan hal itu terjadi.

Perihal masalah ekonomi selalu menjadi dilemma dalam mengatasi persoalan ini. Antara bertahan tidak bekerja dan bekerja tetapi dengan cara “menjual diri”. Diskusi ini sampai sekarang tidak kunjung usai. 

Sebenarnya yang disorot dalam pergaulan bebas bukan hanya soal prostitusi tetapi juga perihal pacaran yang berujung pada hubungan sex di luar nikah. Statement ini bisa menjadi bantahan juga bagi yang berpendapat hal ini adalah masalah ekonomi. Karena pacaran berujung hubungan sex bukan dilatar belakangi oleh himpitan ekonomi. Melainkan karena gaya hidup. 

Selain itu, untuk kondisi ekonomi di kampungku, sebenarnya tidak ada alasan untuk menjadikan ekonomi sebagai dalih untuk terjun dalam dunia prostitusi. Banyak hal yang bisa dilakukan. Masalahnya adalah apakah mau bekerja atau enggan?. 

Saya bukan orang yang meniadakan faktor struktur (sistem) yang menyebabkan ketimpangan ekonomi. Tapi pengaruh sistem masih bisa diatasi di kondisi sosial budaya masyarakat di kampungku. Atau yang saya mau katakan adalah sistem berpengaruh namun bukan satu-satunya dan presentase peran realitas sosial budaya masyarakat dalam mengatasi faktor sistem juga berbeda-berbeda.

Fenomena pergaulan bebas sebenarnya sudah bisa dibaca sejak dulu. Seolah telah menjadi hukum alam bahwa semakin modern sebuah masyarakat maka semakin banyak masyarakatnya yang terjun dalam pergaulan bebas. Arus pengaruh negatif dari moderenisasi cukup kuat. Banyak yang mampu bertahan. 

Kata ustad, disinilah peran kita sebagai umat islam. Khalifah yang saling mengingatkan dan saling mengajak pada kebaikan. 

Ini saja dulu corat-coretnya. Banyak pendekatan dalam membahas soal ini seperti nasib ibu rumah tangga yang akan jadi korban penyakit menular HIV yang mereka peroleh dari suami  mereka. Suami ibu-ibu ini mendapatkan menyakit tersebut dari para penjajah sex (prostitusi). Ibu rumahnya tangga jadi korban. 

Bahkan  menurut survey yang pernah saya baca, korban HIV terbanyak datang dari ibu rumah tangga yang tertular dari suami mereka. Bangsat kan suaminya? haha. Eh, sudah, nanti panjang lagi.

~Bau-bau, 27 Februari 2021

Komentar

  1. Balasan
    1. hahaha,,, baru aktif lagi ini. selama ini malass

      Hapus
    2. mau saya tes tes koment di gurila 405 tapi ternyata harus melalui fb. sementara saya tidak ingin jejak saya muncul di fb. hahaha

      Hapus

Posting Komentar