Ini lagi di warkop

leptopku dan suasana di salah satu warkop di btn antara makassar


Saya menulis sekarang di salah satu warkop (warung kopi) di Makassar, lebih tepatnya di area kampus-kampus Kecamatan Tamalanrea. Warkop, banyak juga orang menyebutnya kafe. Tapi ada juga yang membedakan keduanya. Tapi tidak akan dibahas di sini.

 

Tradisi nongkrong di warkop merupakan tradisi yang kian mengental di kalangan pemuda terutama mahasiswa di Makassar. Di banyak kota lain juga telah menjadi tradisi, meskipun tidak semua. 


Beberapa tahun silam, warkop belum begitu menjamur di Makassar. Tradisi kumpul di malam hari sambil menikmati kopi masih jarang dilakukan. Dahulu, jika ingin kumpul, yah, kumpul di kos-kosan atau di sekretariat organisasi bagi yang ikut organisasi. Sekarang telah bergeser ke warung kopi.


Kendati demikian, meskipun jumlahnya masih tergolong banyak, tampak warkop-warkop di area kampus Unhas kini mulai menyusut. Baik karena tutup maupun berubah menjadi warung makan. Beberapa bulan silam atau hampir setahun sebelum saya meninggalkan kota Makassar, warkop-warkop masih banyak yang buka. 


Saya menduga hal ini disebabkan pandemi covid 19. Akibat pandemi ini perekonomian juga menurun. Dalam hal ini konsumsi masyarakat yang menurun sehingga laba yang diterima oleh penjual pun ikut berkurang. 


Karena pandemi ini sudah berlangsung cukup lama atau lebih setahun sedikit dan hingga saat ini belum berakhir, maka sangat berdampak pada warkop-warkop tersebut. Rugi dan tutup. Apalagi persaingan cukup sengit karena banyaknya warkop-warkop yang tumbuh.


Karena kondisi-kondisi tersebut, banyak warkop yang bertransformasi menjadi warung makanan. Saya amati, bisnis ini cukup menjanjikan. Harga naik apalagi turun, orang-orang akan terus makan. Apalagi bagi orang-orang yang telah menggantungkan hidupnya pada warung makan, seperti mahasiswa. Saya salah satunya. 


Kondisi ini juga didukung oleh kembali ramainya Makassar oleh mahasiswa yang sebelumnya pulang kampung karena kampus ditutup dan berbagai imbas lain dari pandemi. Mereka telah jenuh berada di kampung. Kini sudah kembali ke Makassar meski bisa dikatakan kampus-kampus belum mengizinkan kuliah tatap muka. Mereka tidak peduli lagi walau pandemi belum berakhir. 


Mereka kembali ke kebiasaan lama. Pemerintah menyebutnya “new normal”. Istilah untuk kebiasaan hidup baru di era pandemi dengan mengikuti beberapa protokol kesehatan seperti memakai masker. Namun, banyak orang bahkan sebagian besar tidak memedulikan lagi protokol kesehatan. 


Akhirul kalam. Saya suka keberadaan warkop. Baik untuk santai-santai, kumpul-kumpul, kerja tugas dan berbagai kepentingan lainnya. Bagaimana nasib warkop ke depan? Kita lihat saja nanti.


~Makassar, 17 maret 2021. Sekarang pukul 12:21 malam, ributnya bukan main. Oh iya, ini salah satu kelemahan warkop bagi orang yang butuh fokus. Tapi ada juga jenis warkop bagi mereka yang ingin mengerjakan sesuatu tanpa ribut.



Komentar

  1. salam sama lidya tetangga di a24 haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkwkwkwk,,,,,,,,, sudah tak terjamah oleh mata lagi. wkw

      Hapus

Posting Komentar