Reuni dengan kucingku

Kucingku. dulu masih kecil. tanda di hidungnya adalah salah satu tanda kalau dia adalah kucingku. 

Saya ingin bercerita tentang kucingku. Sudah pernah saya singgung di artikel ini tapi hanya sedikit saja. Kucing saya ini adalah kucing yang biasa menemani saya saat di mabes (kos) di Makassar. Tadinya cuman seekor, tapi karena sudah menikah dan punya anak bahkan cucu sehingga sudah lebih dari lima ekor. Jumlah itu yang ada sebelum saya meninggalkan mabesku

Saya tinggalkan mabes kurang lebih sudah setahun. Saat itu pandemic covid 19 sudah mulai memunculkan korban, termasuk di kota Makassar. Saat itu, saya memutuskan untuk pulang kampung. Pasalnya, kos-kosan mulai ditinggalkan penghuninya. Warung makan mulai sedikit yang buka. Jika masuk warung, perlu memastikan bahwa pelayanan di warung tersebut cukup aman dari menyebaran Covid 19. Kampus-kampus mulai melakukan pembelajaran jarak jauh yakni secara online. Singkatnya, kehidupan mulai cukup menyusahkan.

lagi makan ikan

Minggu lalu saat saya di kota Makassar, saya mengunjungi pondok tempat saya kos. Saya ingin memastikan kabar kucing-kucing. Apakah masih ada atau bagaimana. Pokoknya banyak pertanyaan-pertanyaan yang muncul saat itu.

Dahulu, kucing saya sudah terbiasa dengan panggilan “ngeong” dan suara kantong dari saya. Ketika mendengar suara tersebut, mereka bergegas berlarian dan mendekat. Suara itu adalah tanda jika ada makanan.

Akhirnya saya sampai di pondok tempat saya kos dulu. Saya memberanikan diri untuk masuk ke teras pondok tersebut. Mata saya memantau sekeliling untuk melihat kucing-kucing, apakah masih ada. Saya melihat kucing tapi bukan kucing saya dulu. 

Akhirnya, saya memanggil dengan “ngeong” beberapa kali. Tiba-tiba ada seekor kucing lari mendekat. Yah, itu kucingku. Dia masih ingat saya. beberapa kali saya mengeong tapi kucing-kucingku yang dulu tidak ada lagi yang muncul selain yang satu tadi. Tinggal seekor.

Karena melihat kucingku tadi mendekat dan ingin makan, akhirnya beberapa kucing yang baru kulihat ikut mendekat. Saya keluarkan kantung yang berisi ikan yang berada dalam tas. Saya segera membagikan pada kucing-kucing tadi.

makan bersama kucing-kucing yang lain

Cukup sedih juga. Kucing pandai mengingat. Padahal sudah setahun saya meninggalkannya. Entah dimana kucing-kucingku yang lain. Apakah sudah meninggal? Pergi ke tempat lain? Atau bagaimana? Saya tidak tahu. 

Memang, semenjak hadirnya covid 19, banyak yang meninggalkan pondok atau kos-kosan di Makassar untuk pulang kembali ke kampung masing-masing. Sehingga berkonsekuensi pada kurangnya peluang kucing mendapat makan di kos-kosan. Mungkin mereka ikut pergi, tapi tidak tau kemana.  Entahlah.

Hal lain yang membuat sedih adalah saya akan meninggalkan kota Makassar, beberapa hari setelah saya memberinya makan. Padahal pertemuan baru sekali setelah setahun tidak bertemu. Saya harus pulang ke kota bau-bau karena untuk sementara urusan sudah selesai.

Setelah ikan habis dilahap, saya mengelus-elus kepalanya. Kemudian saya pergi. Semoga bertemu lagi.

~Bau-bau, 25 Maret 2021

Komentar