Topeng politik

Entah kenapa saya tadi seharian memantau perkembangan berita salah satu partai politik di Indonesia. Partainya cukup besar. Bahkan pernah menjadi pemenang pemilu. Tapi sekarang mengalami masalah internal dengan adanya dua kepemimpinan atau biasa disebut dengan dualisme. 

Tentunya, hal ini tidak lain dan tidak bukan adalah karena adanya masalah. Ada komunikasi yang tidak menemukan titik temu dan konflik yang tidak mampu diselesaikan oleh organisasinya.

Terlepas dari itu semua. Saya hanya ingin menulis tentang betapa mereka yang tengah berkonflik sangat menginginkan kekuasaan. Mereka tidak malu-malu mempertontonkan itu. 

Di media mereka dengan mudahnya mengatakan bahwa apa yang mereka lakukan untuk rakyat Indonesia. Cehh. Ini gayanya politisi. Lagi, kata manis yang mereka ungkapkan hanyalah topeng-topeng untuk menutupi hasrat kekuasaannya.

Saya kadang berpikir, apakah masih ada politik yang benar-benar memperjuangkan kepentingan masyarakat secara umum? Dalam sejarah yang saya yakini, politik untuk tujuan mulia itu ada. Rasulullah Muhammad SAW melakukan itu. Tapi untuk sekarang, tampak sangat sedikit. 

Dari partai yang mengunakan atribut agama, mengkampanyekan sebagai representasi umat, sampai partai yang berhaluan nasionalis bahkan kiri. Bahkan juga kalau di Eropa ada partai-partai yang berideologi “ultra kanan eksrtrim”. Ideologi ini memiliki semangat nasionalisme ekstrim, anti pada orang asing (xenophobia) seperti pada umat islam bahkan yahudi, dan anti imigran. 

Di antara banyak partai ini, saya sering sangsi bahwa mereka ada benar-benar untuk tujuan keadilan bagi seluruh rakyat.

Hal-hal ini sebenarnya yang membuat orang-orang menjadi enggan untuk sadar politik. Maksudnya, kesadaran untuk mengawal isu-isu sosial politik agar selalu searah dengan cita-cita bersama. Tapi mau tidak mau, kita harus sadar bahwa realitas politik kita memang seperti ini. Menghindar sama sekali, saya kira bukan pilihan bijak. 

Hal yang perlu dilakukan adalah tetap sadar politik tapi tidak perlu harus membaca dan mengikuti setiap pemberitaan di media. Pasalnya, isi berita telah di kondisikan sedemian rupa sesuai dengan kepentingan pemilik dan yang didukungnnya. Perlu mefilter dan menyeleksi agar tidak mudah diarahkan oleh pemberitaan. 

Jadi tidak boleh cuek dengan politik. Saya suka kalimat presiden Turki, Erdogan agar kita tidak boleh menghidari politik. Dia mengatakan yang kurang lebihnya: “Jika orang baik menghidari politik, maka orang jahat yang akan menguasai politik”. Dengan kekuasaan politik, orang jahat bisa melakukan apa yang dia mau. Banyak anggaran (APBN) yang disediakan untuk membiayai kepentingan-kepentingannya yang bersembunyi di balik topeng.

 ~Baubau, 5 Maret 2021

Komentar