Masih banyak lagi cerita di sini


Hari ini adalah hari minggu, penghujung pekan dimana banyak kegiatan di sektor formal dihentikan seperti sekolah, kantor pemerintah dan bahkan banyak kantor-kantor swasta. Karenanya momentum ini biasanya digunakan untuk berlibur dan melakukan berbagai aktivitas lain untuk menghindari hiruk pikuk rutinitas.

Kendati demikian, pasar terutama pasar tradisional tidak berhenti bekerja. Justru di hari minggu menjadi hari yang spesial. Akan banyak pengunjung untuk membeli berbagai keperluannya. Dan saya yakin di antara orang-orang yang bertandang itu ada orang yang selama ini terjebak dalam rutinitas di luar akhir pekan.

Banyak sekali barang yang dijual hari ini. Di pasar Wameo. Pada dasarnya pasar ini memang banyak barang yang disediakan. Penjualnya datang dari berbagai tempat baik dari dalam kota bau-bau maupun dari kabupaten-kabupaten sekitar. Ragam penjual ini juga membuat ragam barang yang dijual. Tapi sekali lagi hari ini lumayan banyak jika dibandingkan dengan hari-hari lain.


Sayur-sayuran tumpah ruah di jalanan. Buah-buahan juga demikian. Jika trotoar pejalan kaki yang sebelumya kosong, hari ini hampir tidak ada celah. Cukup banyak penjual dan barang dagangannya. “Mungkin karena mau ramadhan dan ini hari minggu” pikirku. 

Untuk membuktikan dugaan awal ini, saya bertanya pada seorang penjual. Tapi sebelum bertanya perihal ini, saya harus bertanya tentang harga-harga barang yang dijualnya dahulu. Ini mungkin supaya lebih etis. Lagian, saya bersama istri memang mau membeli beberapa kebutuhan di pasar ini, terutama kebutuhan untuk menjemput dan keperluan saat ramadhan. Apalagi barang yang kami cari dijual oleh ibu penjual itu. Dan karena merasa cocok maka kami membeli sebagian kebutuhan kami pada si ibu.

“Banyak seperti ini karena ramadhan sebentar lagi (dua hari lagi),” jawab si ibu ketika saya bertanya tentang alasan banyaknya barang dan penjual hari ini.

Bahkan saking banyaknya barang yang ada saat itu, si ibu bisa dikatakan tidak lagi mencari labah yang besar. Malah, beliau mematok harga barangnya dengan harga yang murah agar barangnya laku terjual. Atau prioritasnya tidak lagi mencari untung. Prioritasnya adalah asalkan laku. 

“Pokoknya asalkan laku saja”


Apa yang dijual si ibu, juga dijual oleh pedagang lain. Persaingan harga tentunya akan terjadi. Bahkan agar barangnya laku, membanting harga adalah pilihan yang harus diambil. Tapi harga-harga di antara para pedagang bisa dikatakan sama semua. 

Di trotoar jalan lain yang bertegel berjejer jualan yang beragam. Saya melihat ada setumpuk sayur mayur yang dibiarkan begitu saja oleh penjualnya. Tidak peduli lagi, apakah teriknya matahari akan merusak kualitas sayurnya atau tidak. Sepertinya penjualnya cuek saja.

Di pasar tradisional ini, tidak hanya ada penjual sayur mayur dan kebutuhan sembako lainnya, tetapi juga banyak penjual kebutuhan lain di luar itu. Ramai dan riuh. Wajah-wajah penjual tersirat ada perjuangan yang begitu keras. Ada ketidakputusasaan dan perjuangan yang tergurat di wajah-wajah itu. Ragam pembeli juga datang dengan berbagai  keunikan. Inilah wajah Indonesia. Saya senang ke tempat ini. Banyak cerita disini dan masih banyak lagi.

~Bau-bau, 11 April 2021 

Komentar