Meja baru

Akhirnya saya memiliki meja belajar yang cukup kuat. Seperti yang saya sudah pernah singgung dalam tulisan di blog ini bahwa saya sudah memiliki meja belajar. Namun meja tersebut kurang ideal untuk dipakai. Soalnya permukaan mejanya sering jatuh dan beresiko untuk leptopku. 

Saya maklumi kondisi ini karena meja saya merupakan meja portable yang beberapa bagiannya patah saat pengiriman saat belanja di toko online. Sekarang meja saya, setidaknya hasil pengamatan sementara, adalah cukup kuat untuk menopang leptpoku, gelas kopi, buku dan bahkan menopang tubuhku jika mencoba untuk duduk. Mejanya terbuat dari kayu.

Sebelum saya membeli meja ini, saya telah mencoba beberapa kali  mencari meja di beberapa toko. Saya dapat beberapa yang agak menarik hati saya, namun saya tidak jadi membelinya karena persoalan harga dan model yang tidak sesuai dengan harapan. Karenanya, saya putuskan untuk mencari tukang kayu. Alasannya adalah saya bisa meminta dibuatkan sehingga dapat menyesuaikan dengan keinginan saya.

Saya berkeliling-keliling mencari. Saya juga bertanya kepada orang yang saya temui. Tapi belum juga saya dapatkan. Karena saya yakin bahwa Allah yang mengatur segalanya, maka saya berdoa untuk diselesaikan masalah meja ini. Allah memberikan saya petunjuk untuk mencoba mencari di salah satu jalan raya yang jarang saya lalui. 

“Betul juga ya, saya jarang lewat tempat itu. Siapa tau ada tukang kayu di sana” gumamku dalam hati.

Saya akhirnya sengaja melewati jalan itu. Tepatnya pada sore hari sekitar sejam lagi azan magrib akan dikumandangkan. Sembari mata dan kepalaku memantau ke kiri dan ke kanan dan tentunya tetap berusaha fokus berkendaraan, pada satu lokasi saya melihat kursi-kursi kayu yang cukup banyak. Kursi-kursi tersebut disusun dengan cukup rapi. 

Saya melambatkan kecepatan motor untuk memperjelas apa yang sudah saya saksikan. Semakin dekat, semakin jelas meskipun tempat itu tertutup oleh pagar. Butuh pandangan yang seksama dan dalam jarak yang cukup untuk memastikan bahwa tempat tersebut adalah lokasi pengrajin kayu (tukang kayu). Saya berhenti. Saya bertanya kepada dua orang yang tersisa di tempat pengerjaan kayu tersebut.

“Di sini bisa buat meja tidak? Meja belajar”

“Bisa. Tunggu saya telpon bosku dulu”

Terdengar bunyi tanda sedang melakukan panggilan di smartphone salah satu dari mereka. Tidak menunggu lama, akhirnya percakapan terjadi antara dia dan bosnya.

“Bisa, pilih saja salah satu dari situ” suara bosnya.

Saya melihat-lihat meja yang juga sudah disusun. Meja yang biasa dipakai untuk sekolah. Saya mengenal jenis meja tersebut karena dahulu waktu sekolah saya menggunakan meja yang sejenis. Sepertinya mereka sedang menerima pesanan dari sekolah tertentu untuk dibuatkan kursi dan meja. Tapi mungkin karena belum tiba waktu penyelesaian yang sudah disepakati, maka saya dipersilahkan untuk membeli salah satu saja. Setelah itu, mereka akan membuat lagi. Pastinya, tidak ada pihak yang dirugikan nantinya.

Saya sempat berbicara dengan bosnya di telpon tersebut sembari melihat meja yang dimaksud. Saya sepakat untuk membelinya apalagi harganya cukup bersahabat. Si bos meminta saya untuk esok harinya mengambil meja tersebut karena mereka ingin mengecat dahulu sebelum saya mengambilnya.

“Tapi kalau bisa panjar dulu 100 ribu. Kasih ke mereka (dua orang karyawan nya) ya. Dan jam 10 pagi besok, datang ambil. Soalnya saya mau cet dulu”

Saya mengiyakan. Uang panjar tersebut seolah seperti untuk uang jajan kedua karyawannya yang masih muda itu. Sepertinya mereka adalah mahasiswa yang sedang menempuh gelar sarjana.

Esoknya saya datang lagi. Mejanya sudah jadi. Saya sedikit bincang-bincang dengan si bos yang ramah dan baik itu. Saya angkat meja ke atas motor dan mengikatnya agar tidak jatuh. Dan saya memboyongnya pulang. Terimakasih pak-pak tukang kayu.

~Bau-bau, 4 April 11, 2021. Sekarang pukul 12: 26 malam.
 

Komentar