Saat matahari terik

Matahari sudah terasa terik meski masih pagi. Saya barusan bangun setelah sempat tertidur pagi. Saya sudah melanggar janji yang saya buat dengan ibu. Saya rencana akan mengantarnya mencari sebuah barang, lebih tepatnya panci.


Kalau dispesifikan lagi cirinya, panci tersebut menggunakan aliran listrik agar menghasilkan panas. Karenanya panci ini akan digunakan saat bepergian melalui kapal penumpang laut sehingga bisa memasak. Selain itu, saya juga akan ke salah satu pasar tradisional untuk membeli kebutuhan makanan untuk disantap hari ini dan besok hari seperti ikan, sayur dan berbagai pangan yang dianggap perlu.

Oh iya, hampir lupa. Saya juga sebenarnya mencari meja belajar yang harganya terjangkau. Saya sebenarnya sudah punya meja yang saya beli di situs belanja online. Mejanya adalah meja yang bisa dibawa kemana-mana dan cukup ringan (portable). Dan mejanya juga sudah ada dan sering dipakai.

Sayangnya meja tersebut kurang maksimal. Ada sedikit cacat dalam proses pengiriman. Ada beberapa bagian yang patah tapi mau tidak mau harus dipakai. Namun, untuk meletakan segelas kopi di atasnya, tidak direkomendasikan. Kopinya sangat terancam tumpah karena mejanya goyang dan besi yang tidak terlalu besar sebagai penyangganya sering jatuh.

Pernah beberapa kali besi tersebut jatuh dan permukaan mejanya ambruk sehingga leptopku pun jatuh. Untunglah, saya masih bisa tahan karena saat itu saya masih sementara menggunakannya.

Kembali ke masalah tidur pagi tadi. Setelah dibangunkan oleh ibu, saya segera beranjak dari kasur. Tidak perlu mandi kalau hanya sekedar mengantar. Pergi ke pasar bagiku adalah tidak perlu harus rapi-rapi amat apalagi harus mandi pagi. Tidak perlu menurut saya. Cukup cuci muka saja dan ganti baju serta celana yang biasa tapi tetap sopan ya, setelah itu meluncur.

Sampailah kami ke lokasi pencarian panci tersebut. Beberapa penjual kami tanyakan tapi nihil. Ada seorang ibu penjual yang mengatakan kalau panci tersebut ada tapi sementara mau diambil. Saat saya tanya, kapan sampai panci tersebut, si ibu penjual bilang tidak pasti. Akhirnya, saya putuskan untuk tidak menunggu saja alias pergi mencari penjual lain.

Sampailah pada satu toko. Saya dan ibu masuk ke dalam mendekati penjualnya yang sedang menunggu di dalam sembari mata saya menoleh ke kiri dan kanan mengamati barang-barang jualan yang ada. Ibu menanyakan apakah ada panci yang dimaksud sembari menunjukan contoh gambar di smartphone.

Namun, saya merasa ada yang lain dari penjual ini. Dia tidak seperti penjual lain yang antusias melayani calon pembelinya. Dia terkesan cuek. Bagaimana tidak, saat ditunjukan gambar panci, dia tidak mau berdiri dari kursinya untuk mengantarkan kami melihat barangnya.

“Itu sana” dia menunjuk sembari tetap duduk dan tanpa mau beranjak sedikitpun. Seolah dia tidak harapkan kehadiran calon pembeli. Ditanya tentang apakah gambar di smartphone sudah cocok dengan panci yang terpampang, dia hanya bilang agar kami mencocokan sendiri.

“Cocokan saja sendiri dengan gambarnya” Saya dan ibu tidak antusias lagi di dalam toko itu. Saya bilang sama ibu untuk keluar dari toko ini walakin (meskipun) kami membutuhkan barang tersebut. Ibu mengaimini saranku. Saya benar-benar tidak suka dengan cara pelayanannya. Tokonya sepi hari itu.

Mungkin sikap yang kurang elegan seperti itu yang membuat orang enggan untuk mengunjungi tokonya. Padahal cara agar bisnis kita maju adalah konsumen harus dilayani sebaik mungkin. Konsumen adalah raja. Sebesar apapun perusahaan yang dibangun kalau tidak ada konsumen, maka akan bangkrut.


Tapi belakangan saya coba paksa pikiranku agar berpikir positif atas sikap penjual yang tidak elegan tersebut. “Mungkin lagi ada masalahnya atau lagi memikirkan sesuatu sehingga tidak fokus melayani calon pembeli seperti kami” pikiran positifku dipaksa muncul.

Terkait meja belajar, sudah beberapa toko saya masuki. Ada dua tempat dimana saya melihat meja yang cukup menarik. Meja plastik. Asalkan bisa menopang leptop, segelas kopi (atau minuman lain) dan kakiku di saat saya ingin menaikkan kakiku ke atas meja sambil santai-santai kayak di pantai. Tapi saya tidak jadi membelinya. Harganya, menurut saya, cukup mahal. Tidak sesuai dengan APBN versi pribadi milik saya.


"Sudahlah, pulang saja. Nanti coba tanya tukang kayu untuk dibikinkan. Semoga saja bisa cocok di harga” gumamku.

Matahari semakin terik seperti membakar kulit. Karena belum jam 12, saya anggap matahari tersebut adalah matahari pagi yang baik bagi kesehatan. Saya meluncur ke tujuan selanjutnya untuk membeli kebutuhan dapur tadi.


Di sana juga, kami berkeliling mencari panci yang dimaksud tapi tetap tidak ada. Segera membeli beberapa hal yang dibutuhkan dan pulang. Sampai di rumah, kira-kira sejam lagi azan zuhur akan dikumandangkan.

~Baubau, 6 april 2021


Komentar