Perihal meneliti

Meneliti. Saya sedang melakukannya. Bagiku ini aktivitas yang gampang-gampang susah. Gampang karena saya suka menulis dan ingin tahu akan sesuatu. Sulit karena masalah yang saya hadapi yakni menemukan data yang tepat. 

Selain itu, ini juga masalah pribadi, saya memiliki hambatan dalam membaca artikel berbahasa inggris. Saya masih memahaminya dengan tidak mudah, semudah saya memahami bacaan bahasa Indonesia. Apalagi studi yang saya sedang jalani adalah ilmu hubungan internasional dimana banyak referensi berbahasa inggris. Hal ini dikarenakan banyaknya peneliti asing terkait ini dan lokasi kasus studinya banyak di luar negeri, jadi mau tidak mau harus menggunakan bahasa internasional (bahasa inggris) untuk mempublikasikannya agar semua pembaca di seluruh dunia lebih mudah membacanya.

Saya sebenarnya sudah sering meneliti, menurut saya. Karena sering saya menulis opini untuk menganalisa sesuatu. Namun, menulis opini sering tidak sesuai dengan kaidah ketat dalam tulisan ilmiah. Sering saya menulis opini tanpa menunjukan dimana asal data saya peroleh. Meskipun sering ketika orang membaca, mereka setuju dan apresiasi karya saya. 

Tapi bagi peneliti yang paham aturan penelitian secara umum, maka akan mengkritik tulisan saya terutama dalam penulisan data yang saya lakukan. Karena kebiasaan saya dalam menulis opini adalah dengan tidak terlalu ketat dalam mengungkapan sumber data. Hal ini menjadi menjadi masalah saya. Saya belum terbiasa melampirkan sumber datanya jika menulis.

Tidak bisa dimungkiri, menulis opini di media massa dan media social tidak seketat dalam menulis ilmiah. Saya kira alasan ini yang mengkondisikan saya menulis dengan tidak terlalu penduli pada pencantuman sumber data. Apalagi jika hal tersebut sudah menjadi pemahaman yang mainstream di kalangan masyarakat. Jadi santai saja.

Terus terang saya tidak suka aturan menulis ilmiah yang terlalu ketat. Ketat bagi saya sering menghalangi kreativitas. Pasalnya, aturan yang ketat bagi saya berusaha mengarahkan cara berpikir saya agar sesuai dengan standar. Hal ini akan membuat pikiran dan menuangkannya dalam tulisan akan kaku. 

Apa yang saya rasakan ini pernah diungkapkan oleh seorang dosen di Universitas Hasanuddin, almamater saya. Sang dosen ingin agar tulisan ilmiah seperti jurnal, skripsi, tesis, disertasi dan sejenisnya membebaskan penulisnya untuk menulis dengan gaya apa saja tanpa aturan yang ketat seperti yang sedang berlaku sekarang ini. Bukankah sekarang lagi trend tulisan populer? Tulisan dengan gaya tulisan yang gampang dipahami seperti tulisan-tulisan di media misalnya. Yah, hal ini disebabkan karena tulisan ilmiah yang dikenal selama ini terlalu kaku hingga pembaca malas untuk membacanya.

~Tomia, 6 Oktober 2021. Pukul 01:11. Artikel ini dibuat usai mencari-cari data untuk bahan penelitian (makalah proyek akhir / thesis). Atau saya barusan melakukan aktivitas penelitian.
 

Komentar