Pindah rumah

gambar: https://www.pngdownload.id/

Pagi-pagi tadi saya ditelpon oleh tante saya. Kami disuruh agar segerah ke rumah sepupu saya karena ada acara pindah rumah yang sedang dilakukan. Waktunya terlalu pagi. Mungkin masih banyak orang yang belum bangun atau sudah bangun namun tidur lagi. Ayam pastinya sudah mulai berkeliaran mematok dan mengais makanan. Kami di sini adalah saya, istri dan ibu mertua. Usai menelpon, segera saya sampaikan kepada semua orang-orang yang dituju tadi. Setelah siap-siap, kami segera menuju lokasi.

Dalam tradisi pindah rumah di kampung kami, biasanya tidak sembarang menentukan waktu kapan pindahnya. Ada “hari baik” yang harus dilihat dahulu. Saya tidak tahu cara melihat hari baik ini. Saya juga bingung tentang kriterianya. Biasanya orang tua-orang tua yang bisa melakukannya. 

Mereka punya pertimbangan-pertimbangan untuk menentukan hari tersebut. Adanya istilah hari baik ini bukan berarti semua hari yang diciptakan Allah ada hari yang sial. Ini hanya soal pilihan waktu yang lebih tepat saja. Biasanya pemilihan hari baik ini juga dilakukan dalam kegiatan-kegiatan lain seperti pernikahan.

Termasuk dalam penentuan waktu pagi, juga ada pertimbangan-pertimbangannya. Padahal ada waktu malam, siang terik matahari, sore, atau lainnya. Lantas kenapa acara pindah rumahnya tidak dilakukan pada waktu-waktu tersebut? Sekali lagi ada alasan-alasan yang berfilosofis.

Dalam tradisi pindah rumah, biasanya akan dilakukan beberapa hal. Tidak ujuk-ujuk angkat barang begitu saja. Bahkan kadang juga barang-barang belum dipindahkan karena hal yang dilakukan baru sebatas simbolitas. Beberapa hal itu di antaranya adalah ada doa-doa yang dipanjatkan. Doa untuk meminta keberkahan kepada Allah terutama bagi rumah baru dan tentunya bagi penghuninya. Orang tua-orang tua atau ustad yang biasa membaca doa akan dihadirkan di sini. Keluarga-keluarga dekat juga akan dihadirkan, seperti kami.

Selain itu, hal lain yang juga dilakukan adalah kenduri atau menyediakan aneka makan dan minuman untuk dimakan bersama sebagai bagian dari ekspresi syukur kepada Allah. Meskipun ini hal yang biasa jika menjamu orang dalam setiap hajatan. 

Biasanya juga ada acara kenduri yang lebih ‘serius’. Kalau pagi tadi baru hanya makanan berupa kue-kue. Mungkin karena masih sebatas simbolitas, apalagi rumah tersebut belum sepenuhnya selesai. Kemungkinan besar, jika rumah sudah benar-benar selesai pengerjaannya maka kenduri yang lebih serius tersebut akan dilaksanakan.

Tomia, 7.2.2022

-MU

Komentar