Perjalanan Kereta Jakarta-Yogyakarta

Akhirnya menulis lagi di blog ini setelah sekian lama.
 
Sepertinya sudah dua kali saya naik kereta api dengan waktu, dan tentunya juga jarak, yang cukup lama yakni sekitar 7-9 jam. Untuk istri saya, ini baru pertama kali. Yah, tadi malam kami melakukan itu, yakni perjalanan dari Jakarta ke Jogjakarta. Hal ini saya lakukan karena persolan dana dimana saya mencari transportasi yang nyaman dan hemat biaya, meskipun tidak nyaman-nyaman amat.

Waktu keberangkatan yang kami pilih adalah pukul 10:30 malam dengan perkiraan tiba yakni pukul 7:10 pagi. Pilihan waktu itu supaya kami bisa tidur malam dan saat bangun pagi, kami sudah tiba di Jogjakarta. Seperti yang telah saya sebutkan bahwa transportasi ini tidak nyaman-nyaman amat, meskipun sudah lebih baik dari saat saya menggunakannya pertama kali beberapa tahun yang lalu.

Kursinya sudah lebih baik dan nyaman. Akan tetapi konsepnya harus duduk. Kursi tidak bisa digerakan seperti dimiringkan ke belakang supaya bisa lebih bersandar. Konsekuensinya, kami harus tidur dengan posisi duduk. Akan amat beruntung jika penumpang di kursi sekitar kita kosong sehingga bisa berbaring. Masalah lainnya adalah kita harus berdempet dan berhadapan dengan penumpang lain yang jaraknya cukup dekat. Kaki kita kurang bisa bermanuver dengan leluasa. Hal ini menyebabkan badan kami terasa kaku.

Belum lagi, kami berhadapan dengan dua ibu yang cukup cerewet yang malam itu membisingkan suasana tidur malam dengan cerita panjang mereka. Keduanya bercerita seakan baru bertemu setelah sekian lama. Tidak dapat dimungkiri, saya sedikit terganggu, entahlah kalau penumpang lain. 

Namun, karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk menegur keduanya apalagi keduanya adalah ibu-ibu yang harus dihargai karena lebih tua, akhirnya saya mengubah pikiran untuk berkompromi dengan keadaan. Bahkan saya coba nikmat perbincangan mereka. Apalagi apa yang mereka lakukan berjam-jam bahkan ketika kereta singgah/transit cukup lama di salah satu stasiun, mereka hanya istirahat sebentar untuk mencari cemilan, kemudian melanjutkan lagi. 

Saya teringat dengan kalimat bijak: “Jika kamu tidak bisa merubah keadaan maka hal yang bisa dilakukan adalah merubah mindset”.

Kombinasi dari banyak ketidaknyamanan tersebut membuat tidur saya tidak puas. Tapi harus tetap disyukuri karena setidaknya tetap bisa tidur meskipun seringkali terjaga. Rasa kantuk yang sangat membuat kondisi-kondisi yang tidak nyaman tersebut terkalahkan, terutama badan dalam posisi duduk dengan segala kekakuan yang menyertainya.

Tepat 7:10 pagi kereta tiba di Yogjakarta. Kami dijemput oleh adik saya yang hari kemarinnya, dia bersama sepupu mencarikan kami kos. Sepupuku tidak ikut menjemput karena harus buru-buru ke sekolah untuk suatu pekerjaan (keduanya sedang melanjutkan kuliah di jogjakarta). Barang-barang kami cukup banyak. 

Sementara itu, transportasi (ojek) online yang kami pesan harus ditemui di lokasi yang kurang lebih 300-400 meter dari pintu keluar penumpang kereta api. Aturan seperti ini tidak hanya di Jogjakarta, di Makassar dan di Jakarta juga sering saya temukan. 

Biasanya hal ini disebabkan karena dampak dari disrupsi teknologi di sektor transportasi dimana banyak menimbulkan konflik antara pelaku usaha jasa di bidang ini, terutama antara ojek online dan ojek tradisional yang merasa terpinggirkan terutama yang memiliki lahan pencarian penumpang seperti di sekitar stasiun transportasi massal publik seperti kereta api dan bandara.

Akhirnya, kami sampai di kos. Istirahat sebentar dan kemudian mencari sarapan pagi. Badan lelah dan tidur balas dendam pun terjadi. Hehe…

Yogyakarta, 6 Oktober 2022
 
 
 

Komentar