Cerita Sepak Bola SD Saat 17-an

Kesebelasan SD Negeri 4 Usuku Vs SD Negeri 1 Usuku, Tomia Timur (foto: koleksi pribadi)

Tadi pagi saya menyempatkan diri untuk menonton sepak bola antar-SD. Saya termotivasi untuk menonton, selain karena cukup menyenangkan nan seru, juga karena kesebelasan SD yang bertanding adalah SD saya yakni SD Negeri 4 Usuku. Saya adalah alumnus dari sekolah tersebut.

Tahun lalu juga saya diberi kesempatan untuk menyaksikan langsung pertandingan SD saya. SD saya masuk ke babak final. Namun, kompetisi perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia tersebut berakhir dengan tidak selesai. Tidak ada juara satu atau dua. Mungkin kedua tim juara satu sekaligus juara dua. 

Terjadi kekacauan dan terpaksa pertandingan tidak dilanjutkan. Lucunya, dua tim yang bertanding tidak ricuh. Yang ricuh justru orang dewasa yang menjadi penonton.

Bisa jadi pada jiwa orang-orang dewasa tersebut sportivitas dan profesionalitas minim atau bahkan tidak ada. Idealnya, sepakbola bukan hanya pemain yang dituntut untuk bertindak sportif dan profesional tetapi juga penonton pun harus demikian.

Selain itu, hal yang menyebabkan terjadi kericuhan saat kompetisi dalam acara 17-an adalah menjadikan kemenangan sebagai satu-satunya tujuan. Harusnya menurut banyak orang, kompetisi 17 agustusan dijadikan sebagai rasa syukur atas kemerdekaan Indonesia.

Kembali ke cerita tadi pagi. Cukup banyak yang menonton. Pasalnya, kesebelasan anak SD memiliki keseruan yang lebih. Anak SD menghadirkan kelucuan saat bermain bola, berbeda dengan pertandingan orang dewasa yang lebih cenderung menghadirkan ketegangan.

Pada akhirnya, hasil pertandingan tadi, SD saya kalah. Kalah di putaran awal dan langsung gugur menurut aturan panitia. Padahal dalam beberapa tahun terakhir kalau tidak dapat juara satu palingan minimal juara dua.

Menurut saya, salah satu alasan kekalahannya adalah lawannya yang tangguh dengan beberapa pemain memiliki ukuran tubuh yang cukup tinggi. Tendangannya pun lebih kuat. Sementara itu, tim dari SD saya tidak lebih tinggi dari mereka.

Terkait ukuran tinggi badan ini, saat saya masih menjadi pemain di SD saya, ada aturan yang cukup ketat. Tinggi badan diatur dengan diberikan standar maksimal sehingga tidak semua siswa SD bisa menjadi pemain apabila memiliki tinggi badan di atas standar tersebut. 

Itu terjadi pada teman saya dulu yang tubuhnya cukup tinggi. Dia sangat ingin memperkuat kesebelasan kami tapi dia harus sabar dan ikhlas menerima takdir aturan.

Mungkin ini agar permainan lebih adil. Entahlah. Hal yang pasti adalah kompetisi sepak bola SD selalu menjadi hiburan tersendiri yang berbeda dengan sepak bola orang dewasa.

Tomia, 3 Agustus 2023

Komentar