Pertama kali masuk kampus sebagai dosen Unhas

Akhirnya menulis lagi di blog ini. haha. 

Hari senin tanggal 29 Juli 2024. Tanggal ini adalah momen bersejarah bagi saya. Hari ini saya masuk secara formal ke kampus untuk melapor pertama kali secara langsung ke pihak departemen ilmu politik fisip Unhas. Melapor sebagai dosen dengan status cpns di departemen tempat saya menuntut ilmu untuk meraih gelar sarjana. Atau dengan kata lain, saya kembali ke almamater saya untuk mengabdi menjadi dosen.

Pukul hampir 9 pagi. Saya menuju lantai dua di gedung yang diperuntukan untuk dosen dan tenaga kependidikan. Kampus tenang nan rindang yang menyejukan mata. Udara sejuk. Matahari menyapa dengan lembutnya. Warga kampus masih tampak sedikit. Ini dikarenakan saat ini bukan hari perkuliahan. Mahasiswa masih libur walau beberapa mahasiswa ada yang datang ke kampus.

Ku langkahkan kaki tidak cepat dan tidak lambat juga. Sesekali ujung sepatu menyentuh dedaunan gugur yang telah ditiup angin. Saat itu, tujuan prioritasku adalah ingin bertemu ketua jurusan atau program studi departemen ilmu politik, tempat saya akan mengabdi. 

Saya ingin melaporkan diri saya bahwa saya sudah hadir di kampus setelah saya belum sempat hadir beberapa kali pertemuan baik di tingkat universitas, fakultas maupun program studi. Tentunya karena ketidakhadiran saya tersebut, saya merasa bersalah. Ketidakhadiran saya dikarenakan oleh keberadaan saya masih di kampung halaman. Kondisi cukup sulit untuk mengharuskan saya hadir dalam beberapa pertemuan tersebut. Sementara itu, panggilan mendadak dari kampus membuat saya tidak siap untuk ke kota Makassar, tempat kampus saya berada.

Selain ingin bertemu dan melapor ke ketua program studi, saya juga tentunya ingin bersilaturahmi dan memperkenalkan diri pada dosen-dosen di departemen yang akan menjadi partner kerja saya nanti. Selain itu, silaturahmi dan perkenalan diri juga saya ingin lakukan dengan staf tenaga kependidikan di departemen kami.

Sebenarnya, bagi saya, departemen ilmu politik Unhas adalah bukan sesuatu yang baru bagi saya. Pasalnya, saya sebagai alumnus di departemen ini. Dosen-dosennya sekarang pun hampir semua adalah dosen-dosenku saat saya masih kuliah menempuh gelar sarjana (ada tambahan tiga dosen baru yang satu di antara kami sudah saling kenal). 

Ditambah lagi, saya cukup akrab dengan mereka. Relasi antara mereka dan saya dan mungkin dengan mahasiswa lain yang pernah mereka ajar adalah relasi yang “setara”. Mereka membangun keakraban dengan kami mahasiswa sehingga bisa dikatakan tidak ada rasa canggung jika bertemu. Kalaupun ada, level canggungnya sedikit. Saling menyapa dan berkelakar merupakan keumuman di antara kami.

Sehingga saat saya sampai di jurusan dan bertemu dengan para dosen-dosen saya tersebut, kami saling menyanjung satu sama lain. Seolah kami sedang reuni (bisa dikatakan demikian). Saling menyapa. “Akhirnya kamu kembali ke sini. Kembali jadi dosen di sini. Selamat datang kembali,” kata salah seorang dosen. “Aduh, kok kamu tidak bilang dari awal kalau kamu lulus di sini,” ujar yang lain. Ada juga yang bilang “Dulu adalah mahasiswa sekarang sudah jadi partner kerja,” kami pun tertawa lepas. Hahaha. Serta berbagai kalimat-kalimat lain yang menyenangkan.

Akan tetapi, sebelum saya bertemu dengan guru-guruku tersebut, saya sedikit bingung dengan gedung lantai dua, tempat departemen saya berada. Ada desain-desain ruangan yang lebih baru, bagus dan elegan. Hal ini membuat saya sedikit “tersesat” untuk menemukan kantor departemen serta ruang dosen departemen ilmu politik. Perubahan ini sepertinya belum terlalu lama. Mengingat dua tahun lalu saya sempat ke sini dan desain ruangannya tidak seperti sekarang. Saat itu saya hanya datang bertemu teman di departemen lain. Dan tidak berani bersilaturahmi dengan dosen-dosen saya di departmen. Entahlah saat itu.

Saya melihat seorang ibu paruh baya berdiri di depan pintu yang ruangannya terbuka. Saya berjalan ke arah beliau. Beliau bertanya ke saya tentang siapa yang saya cari. Saya pun sedikit memperkenalkan diri serta mengutarakan maksud dan tujuan saya. Gayung bersambut. “Kita pak Marwan yang dosen baru itu?” kata tenaga kependidikan/staf departemen itu. “Iya bu”. Terjadi percakapan antara kami. 

Namun, saat itu belum ada dosen-dosen yang hadir. Oleh ibu paruh baya itu, saya ditawarkan untuk menunggu di ruang baca departemen. Pasalnya, beliau belum tahu dimana ruang  kerja saya, yang nantinya akan ditunjukan oleh sekretaris departemen yang sekaligus dosen di departemen saya. Sampai akhirnya satu persatu dari beberapa dosen datang dan terjadilah perjumpaan seperti yang saya ceritakan di atas.  
 
~Makassar, Hartaco Jaya, 4 Agustus 2024
 
 

Komentar