Refleksi Tahun Baru Hijriah


Sebelum saya menulis artikel ini. Saya tidak sadar tentang ada momentum besar bagi umat islam. Momentum itu adalah tanggal 1 muharam 1432 H. Periode tahun hijriah telah mencapai ujung putaranya dan akan memulai dengan periode yang baru. Inilah yang dikenal dengan tahun baru baru Hijriah atau tahun baru Islam.

Alasan utama kelupaan kaum muslimin termasuk penulis sendiri terhadap momentum ini adalah dialeniasi (keterasingan) oleh kehidupan moderenisasi yang didalamnya terkandung westernisasi. Westernisasi adalah sebuah term yang diberikan kepada karakter budaya barat yang berbeda dengan budaya yang islami. Westernisme inilah yang tengah diadopsi oleh hamper semua kaum muslimin. Sehingga dampak yang hadir salah-satunya adalah amnesia semu terhadap hari besar islam. Bahkan memungkinkan terjadi amnesia permanen jika kungkungan hegemoni ini tetap dibiarkan.

Berbeda dengan tahun baru masehi yang begitu mendapat sambutan di negeri ini. Tahun baru hijriah yang merupakan identitas tersendiri bagai kaum muslim telah dilupakan. Sedang kaum muslim di negri ini adalah mayoritas bahkan dikenal dengan negera terbesar yang beragama islam, sungguh ironis…!!!

Berbicara tahun baru berarti bagaimana memulai dengan kehidupan dalam periode yang baru. Sejatinya, dalam setiap perode waktu kehidupan manusia mengalami perkembangan secara kualitatif. Tahun baru hijriah inilah harus dijadikan sebagai momentum kebangkitan dan perubahan. Momentum menumbuhkan kesadaran untuk melihat segala realitas baik di dalam maupun luar diri manusia. Melakukan interupsi kepada realitas yang buruk dan memperbaharui yang telah baik adalah keharusan untuk meraih pencerahan hidup. Jika hal ini tidak dilakukan maka kehidupan akan berjalan mundur.

Secara historis, tahun hijriah dimulai ketiaka Rasulullah saw melakukan pindah (hijrah) ke Madinah dari Kota Mekkah. Hijrah tersebut bertujuan untuk menyebarkan ajaran Tuhan yang yang mengajarkan kebaikan dalam hidup. Oleh karna itu harusnya kita dapat mengambil pelajaran sejarah ini. Hijrah bukan hanya berpindah tempat tapi lebih dari itu berpindah dari hal yang buruk menuju baik, dari kerusakan ke perbaikan atau dari kemaksiatan ke hal yang di ridhoi Tuhan.

Tahun baru Hijriah adalah sebuah tangga yang harus dijadikan sebagai pijakan kaki untuk melompat lebih tinggi lagi. Tahun baru adalah awal aktualisai dari revolsui jiwa yang baru. Jiwa yang selalu mendambakan pencerahan abadi. Jiwa yang haus akan kebenaran. Jiwa yang melahirkan intelektual yang mampu melakukan perbaikan. Jiwa yang mengaktualisasikan energi intelektual dalam mentranformasi kehidupan sosial masyarakat. Sehingga kaum muslimin bangkit dari keterpurukan dan membebaskan dirinya dari alienasi westernisasi.

Salam pencerahan dan pembebasan.

Makassar, 1 Muharam 1432 H (7 Desember 2010 M)

ket: telah diposting di ngurunto.blogdetik.com

Komentar