Tionghoa dan demokrasi di Indonesia

Tionghoa atau di kenal sebagai warga cina adalah etnis yang cukup diperhitugnkan di Indonesia. Dari segi ekonomi mereka di kenal sebagai para pekerja keras. Lihat saja ekspansi ekonomi pada hampir seluruh kota di Indonesia. Namun sejarah pernah menggoreskan tentang cerita yang berbeda pada komunitas tionghoa. Yaitu tindak diskriminasi hampir seluruh aspek khidupannya hingga keyakinan beragama yang diyakini oleh banyak orang sebagai ruang pribadi antara manusia dan tuhannya.

Perayaan imlek secara terbuka yang dirayakan oleh etnis tionghoa di Indonesia adalah bukti demokrasi di Indonesia mulai ditegakkan. Sebelumnya pada masa orde baru, Indonesia dikenal sebagai Negara yang sangat otoriter terhadap rakyatnya. Selama 32 tahun di bawah
kepemimipnan Suharto, rakyat Indonesai telah kehilangan hak asasi antara lain adalah hak, ekonomi, politik maupun agama. Tak terkecuali warga tionghoa di Indonesia.

Tionghoa di Indonesai terbilang sebagai komunitas minoritas. Mereka telah ada sejak masa pra kemerdekaan Indonesia bahkan mereka juga dikenal terlibat dalam kemerdekaan Indonesia. Namun sejak kemerdekaan direbut dari tangan penjajah maka makna kemerdekaan kembali diplintirkan oleh penguasa. Lebih tegasnya lagi oleh penguasa orde baru.

Komunitas tionghoa dilihat sebagai ancaman yang serius bagi kekuasaan orde baru. Hal ini tidak bisa dilepas dari trauma perang dingin yang tejadi pasca perang dunia ke dua. Perang dingin kita ketahui sebagai perang ideologi untuk merebut hegemoni dan penguasaan tunggal di dunia. Dimana pada fase perang dunia ini, terjadi dua kekuasaan besar atau dua kekuasaan yang terlibat dalm perang yaitu blok barat dan blok timur. Blok barat terdiri dari negara Amerika dan Negara-negara eropa bara sedangkan blok timur diwakili dengan negara-negara yang tergabung dalam Unisoviet yang diantaranya adalah cina.

Perang ideologi yang dijalankan secara halus tanpa perang fisik adalah cirri kahs dari fase perang dingin ini. Komunisme yang dimiliki oleh blok timur selalu bertentangan dengan kapitalisme yang dianut oleh blok barat. Pertentangn ini selalu dan akan terus berlanjut karna di latar belakangi oleh cita-cita kehidupan yang berbeda. Pada saat itu Indonesia tidak terlibat dalam perang dingin tersebut dan mengklaim dirinya bersama Negara dunia ketiga lainnya sebagai Negara non blok atau tidak memihak pada salah-satu blok yang berseteru. Namun dalam dinamikanya kemenanganpun dimiliki oleh penguasa blok barat. Sehingga cengkraman kekuasaanpun berimbasa pada Negara dunia ketiga tak terkecuali Indonesia. Artinya Indonesia telah hari ini secara substansial telah terjebak dalam pengaruh kekuatan blok barat yang di pegang oleh Amerika dan sekutunya.

Ketertundukan Indonesia pada blok barat ditandai dan diawali pada jatuhnya rezim orde lama yang dipimpin oleh sukarno dan digantikan oleh Suharto yang kenal dengan rezim orede baru. orde baru menjadi kaki-tangan penguasa blok barat di Indonesia. sejak itu, segala hal yang mengancam kekuasaan orde baru akan mengalami perlakuan yang diskriminatif. Apalagi mereka yang dicurigai sebagai penganut komunisme. Merekalah komunitas tionghoa.

Ketakutan orede baru itu membuat hak-hak ekonomi, politik, budaya maupun agama waraga tionghoa mengalami penyempitan ruang gerak. Dari segi politik, tidak hanya warga tionghoa namun juga warga pribumi Indonesia sendiri harus tetap tunduk pada mesin politik orde baru. orde baru melakukan pembatasan beraspirasi untuk menjaga kekuasaannya tetap eksist. Tidak ada satupun partai tionghoa yang ada di zaman orde baru. Begitu juga dari segi ekonomi, dimana warga tionghoa yang di kenal sebagai komunitas yang mampu bersaing secara ekonomi mengalami keterbatasan langkah ole orde baru. bahkan di zaman reformasi sekarang pun banyak warga tionghoa di temui sebagai korban- korban represi orde baru, misalnya di daerah di Kalimantan barat, tempat basis tionghoa.

Meskipun symbol karna diliahat sebagai ancaman maka harus di batasi, begitupun yang tejadi pada kebebasan berbudaya. Di masa orde baru ini warga tionghoa mengalami pengucilan dari segi budaya. Symbol marga yang terdapat pada nama harus di sesuaikan agar tidak terkesan sebagai orang tionghoa. Selain itu tarian barongsai di zaman orde baru tidak bias di tampilkan di muka umum. Begitu juga dengan kebebasan beragama, perayaan hari raya tionghoa (imlek) tidak pernah dirayakan secara terang-terangan. Bahkan layaknya hari raya agama lain (islam, Kristen, hindu, budha dan hindu), hari raya Imlek tidak di hargai sebagaimana hari raya agama lain yang dijadikan hari liubr nasional.

Inilah contoh begitu kejamnya orde baru terhadap warga tionghoa. Namun pasca reformasi dgulirkan atau di tumbangkannya rezim orde baru, kebebaan itu mulai longgar. Presiden pertama era reformasi telah membuka kerang demokrasi kepada seluruh warga Indonesia. Kegiatan ekonomi, politik maupun budaya telah di bebaskan bagi siapa saja tak terkecuali warga tionghoa. Bahkan tercatat ada partai tionghoa yang sempat berdiri pada pemilihan umum (pemilu) 1999. Di antaranya adalah partai bhineka tunggal ika dan partai Reformasi tionghoa Indonesia. Bahkan dari partai bhineka tunggal ika telah menempatkan satu orang wakilnya di DPR, L Susanto, sebagai perwakilan dari Kalimantan barat.

Sejak saat itulah seluruh warga Indonesia memiliki hak yang sama untuk terlibat dalam upaya membangun tatanan sosial di Indonesia. Dalam perkembangannya kini mereka telah banyak terlibat dalam kegiatan politik Indonesia. Sejak tumbangnya orde baru di Indonesia, banyak warga tionghoa yang menduduki kursi parlemen maupun eksutif. Salah-satu contohnya adalah tokoh nasional Kwik Kian Gie sebagai menteri sebagai Menteri Koordinator Ekonomi (1999 - 2000) dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional & Ketua Bappenas (2001 - 2004).

Kebebasan itu di pertegas kembali sejak KH Abdurrahman Wahid menjadi presiden republik Indonesia. Presiden yang dikenal dengan bapak pluralisme semakin mmeberikan kebebasan pada siapa saja untuk bersuara. Hari raya imlek kemudian di jadikan sebagai hari libur nasional. Juga, tari barongsai yang pada masa orde baru tidak pernah ditampilkan di public kini telah banyak di kenal oleh masyarakat umum. Begitu juga dengan kebabasan layaknya etnis lain di Indonesia.


Komentar