Menemukan solusi

Sekian lama di dera sebuah cobaan. Tak usah ku sebut nama cobaan itu, cukup Tuhan dan saya yang tahu. Dalam menyelesaikannya, saya tak jarang mendialektikakan pikiran dengan intensitas yang ekstrim. Jiwa pun demikian terus bergejolak. Siklus berpikir tiada mendapat titik temu. Kadang terang tiba-tiba gelap kembali. Ahahaha…itu analogi bung. Mungkin bisa dikatakan terjebak dalam lingkaran setan yang tak berujung.

Perasaan mengeluh, itu kadang muncul dalam benakku. Tapi kembali mengingat anjuran agama yang saya yakini bahwa mengeluh tidak menyelesaikan masalah malah sebaliknya. Baiknya, kita ikhlas dan sabar dalam mencari solusi. Berikut yakin setiap cobaan punya nilai positif (hikmah) bagi pematangan pemaknaan kehidupan.

Akhirnya kesabaran membuahkan hasil juga. Tiba-tiba saja, pesan singkat temanku menghampiri telpon genggamku. Dia mengajakku dan teman yang lain untuk ngumpul (rapat) sambil mendiskusikan tentang kegiatan yang akan dibuat. Singkat cerita, kami pun bertemu di sebuah ruang yang cukup ideal. Setelah lama tak bertemu, saya merasa ada yang lain dari teman-temanku. Intelektual mereka semakin bertambah. Banyak bahan didiskusikan dalam forum itu, yang mungkin bisa dikatakan penyumbang tema terbanyak adalah mereka.

Terus terang saya sedikit tersentak. Pikiranku semakin berdialektika tanpa sedikit beraturan. Saya cemburu dengan mereka. Dan mungkin juga irih. Tapi irih yang mengindapku adalah irih yang positif. Irih yang menginginkan seperti yang mereka miliki dan malah harus lebih tanpa berusaha menghilangkan prestasi yang mereka raih. Hal inilah yang semakin memacu diriku untuk semakin belajar dan harus berkarya yang membuat mereka berkata; WAH…!!! Padaku. Itu obsesiku. Saya berusaha semaksimal mungkin untuk tidak takabur dan sombong dengan rencana ini. Mudah-mudahan terwujud, Amin.

Oke.  Kita kembali cobaan yang menderaku, sebagaimana disebutkan di atas. Ternyata salah-satu hikmah yang saya dapatkan dari pertemuan dengan kawan-kawanku. Selain memompa semangat untuk belajar. Ternyata bisa mengalihkan konsentrasi yang sebelumnya terserap oleh cobaan yang mendera. Sayapun terasa legah karena melihat dunia baru di luar kerangka pemikiran sebelumnya. Bagiku inilah solusi atas cobaan yang mendera tadi.

Kanda, dinda, bung, coy, pacarku atau siapapun kau ternyata kadang kita harus keluar melihat masalah dari luar. Supaya kita terbebas dari status-quo alam pikiran yang kadang sumpek sehingga kita menemukan referensi baru sebagai bahan dialektika ide kita.

Alhamdulillah, syukur ku ucapkan.

Komentar