Aku menyebut kalian pahlawan

Suara itu tak asing bagiku. Di saat rutinitas mentari mulai meninggalkan siang, suara itu biasanya melewati persimpangan jalan di dekat kosku. Dia biasanya datang 1-2 kali dalam seminggu untuk menjalankan tugasnya melewati jalan-jalan yang ada di kompleks tempat tinggalku.
 
                                                                   (foto:koleksi pribadi)

Yah, btul. Ternyata tidak salah dugaanku. Suara itu adalah suara mobil trek yang biasa datang itu. Dengan 3-4 orang yang menumpanginya, mereka segera mengambil sampah-sampah yang terletak di tempat pembuangan sampah. Sampah itu adalah sampah yang digunakan oleh orang-orang yang tinggal di kompleks ini.

Sore itu bagiku, sore yang tidak adil. Sore adalah ujung dari siang hari yang akan berganti menjadi malam, dimana orang akan melepas kelelahannya. Biasanya pada moment ini, orang-orang pulang dari aktivitas kesehariannya. Pulang kerumah untuk melepas kepenatan lalu membersihkan diri kemudian beristrahat di rumah masing-masing.

Namun tidak seperti orang-orang yang berada di atas mobil trek itu. Mereka masih belum menyelesaikan tugas-tugasnya yang berat dan mulia itu. Meskipun banyak orang yang menggap profesi mereka adalah profesi rendahan. Padahal, bagaiamana jadinya daerah kompleks tempat tinggal kami jika sampah-sampahnya tidak di buang ke tempat pembuangan akhir? Saya yakin akan penuh dengan sampah.

Saya menyebutnya mereka sedang melakukan tugas mulia yang tak mampu di kerjakan oleh semua orang. Orang-orang yang bekerja seperti ini adalah orang yang rela mengotori dirinya dengan sampah-sampah kotor yang merupakan sumber penyakit. Mereka rela memegang bahkan memeluk sampah-sampah itu kemudian dibawanya ke atas mobil trek. Tujuan mereka hanya satu, demi kompleks tempat tinggal kami bersih dan nyaman untuk di tinggali.

Bagi yang berprofesi seperti ini, aku menyebut kalian pahlawan.


Komentar