Aku dan segelas kopi hitam

Malam semakin menunjukan karakternya yang dingin hingga menusuk tulang bahkan sampai kehati yang selalu menginginkan ke tenangan. Mungkin mentari bosan dengan makhluk yang bernama manusia hingga dia tak muncul secara langsung dimalam hari untuk memberikan hawa panasnya. Kalaupun dia hadir, itu atas kemauan bulan yang bersedia menerima mandat untuk memantulkan sinarnya ke bumi.

Mungkin kebanyakan manusia sudah lelap dalam tidurnya. Wajar saja, karena ketika mentari menerangi bumi di siang hari manusia selalu bergegas malaksanakan aktivitas hingga mentari bersembunyi di ufuk barat. Disaat itulah manusia mulai jenuh dan lelah tapi tidak untuk saya pada malam yang dingin itu sambil menikmati segelas kopi hitam.

Ah, ini seperti biasa yang tejadi pada malam-malam sebelumnya. Semut-semut itu mulai datang menghampiri gelas bening yang kelihatan pahit namun sebenarnya manis bagi mereka. Saya tersenyum melihat kerja sama dan cara mereka mengorganisir satu sama lain. Padahal mereka bagian dari banyak hewan yang tidak diberikan akal aktif seperti halnya manusia yang dapat berpikir kreatif. Namun malam itu, saya semakin sadar bahwa inilah kekuasaan Tuhan  yang Maha bijaksana lagi Maha Kuasa.

Mungkin buku dalam genggamanku akan marah padaku karena saya mencampakannya saat itu. Teriakannya padaku akan menggelegar seandainya dia memiliki mulut untuk berbicara seperti halnya manusia. Pasalnya, aku sangat terpesona oleh semut-semut yang bergerak menuju gelas kopiku. Mereka telah menunjukan padaku tentang arti sebuah kebersamaan di tengah dunia yang semakin individualis.

Tiba-tiba aku berpikir seandainya aku seperti nabi Sulaiman. Bahwa saya ingin berbicara dengan semut-semut itu dengan mengucapkan terimakasih atas pembelajarannya. Dan tak lupa kepada sang Maha kuasa atas segala sesuatu yang telah memperlihatkan sabda-sabda  tersiratnya.

Inilah yang dimaksudkan oleh Tuhan dalam perintah awalnya. Dia sengaja menyuruh manusia agar memahami terlebih dahulu sesuatu agar kita lebih bijaksana dalam mengarungi samudra kehidupan. Maka berkali-kali Tuhan selalu mengingatkan melalui sabda-sabdanya, agar kita selalu memaksimalkan akal dengan Iqra, bacalah…!!! 

Maka, aku dan segelas kopi  adalah aku yang membaca.

Komentar