Penyakit kronisku

Penyakit kronisku mulai kambuh lagi. Mungkin ketika membicarakan penyakit maka terasosiasikan sebagai sesuatu  yang buruk. Atau mungkin didefinisikan sebagai sesuatu yang menggangu kesehatan tubuh. Tapi definisi seperti ini tidak berlaku untuk penyakit yang mengidap pada diriku.

Siang menjelang sore. Saya di ajak seorang sahabat untuk mengunjungi sebuah toko buku besar yang ada di kota tempat perantauan saya, Makassar. Di sana banyak koleksi buku-buku dengan berbagai jenis dan judul. Sejarah, agama, motivasi, biografi, berbagai majalah, novel, politik, budaya dan berbagai jenis serta banyak judul lainnya. Selain “demografi” buku yang lumayan banyak, juga tak kalah dengan suasana yang kondusif untuk membaca. Untuk memberikan kenyamanan bagi pengunjung, alunan musik indah sengaja dihadirkan serta dekorasi interior yang cukup proporsional membuat pengunjung betah untuk lama di dalam ruangan (toko buku).

Karena banyaknnya jenis buku dengan berbagai judul, inilah yang membut penyakit kronis saya kambuh kembali. Penyakit ini bukanlah sesuatu yang negatif, menurut saya. Melainkan sesuatu yang positif bagi tubuh saya terutama pikiran untuk memotivasi dalam melakukan pengembaraan intektual. Bahkan penyakit ini harus disukuri keberadaannya.

Pusing lihat banyak buku yang ingin di miliki (beli) sedang kondisi uang tidak mencukupi. Beginilah kondisi mahasiswa yang pas-pasan dengan sudah mencoba untuk lebih sederhana. Seperti yang sebutkan tadi bahwa berbagai jenis dan judul buku, ingin sekali saya miliki. Rasa penasaran saya tak bisa terbayar hanya dengan melihat judulnya dan membaca sepintas atau resensinya tanpa memilikinya. Inilah penyakit kronis yang selalu menghampiri saya ketika mengunjungi toko buku apalagi dengan koleksi buku yang lumayan banyak apalagi kalau sudah luar biasa banyak.

Biarlah. Ini adalah penyakit yang menyerang jaringan saraf pusat, otak. Membuat bagian tubuh lain terjangkiti meskipun hanya menimbulkan efek yang tak terlalu hebat dan kadang juga hebat, sebagaiamana dialektika intelektualku yang semakin distimulus akan semakin bekerja mencari sintesis baru.

Biralah. Aku bersukur dengan penyakit kronis ini. Setidaknya ini merupakan modal utama melakukan penjelajahan intektual. Melakukan pengembaraan rimbunan hutan pengetahuan yang bermandikan cahaya inspirasi dalam setiap proses perubahan waktu.

Biarlah. Aku rawat penyakit kronis ini. Harapanku akan menjadi mesin penggerak dalam penyempurnaan jiwa dalam menyelami kedalaman ilmu-ilmu sang Maha mengetahui. Amin  

#Makassar, markas besarku (tamalanrea, sekitar unhas) dalam perenungan agar tidak menggalaukan kaum hawa, pukul 02:43, 12 Januari 2013

Komentar