Berkasih Sayang

Kasih sayang. Dua kata ini dimiliki oleh Sang Maha berkasih sayang. Karena kasih sayang_Nya, dia memberikannya kepada setiap insan tanpa terkecuali.

Tuhan sengaja menurunkan kedua sifat ini untuk memberikan kehidupan di bumi. Kehidupan yang damai yang jauh dari konflik seperti yang banyak terjadi sekarang. Namun sifat itu tidak diberikan keseluruhan, mungkin karena kapasitas manusia tidak mampu untuk menampungnya. Manusia sangat terbatas sedang Tuhan Maha Luas yang tak terbatas sehingga sifat-sifatnya pun diberikan dengan kadar tertentu. Mungkin juga agar manusia dapat mengerti tentang kelemahannya yang harus saling memberi dengan sesamanya serta memohon kasih sayang kepada_Nya agar selalu di alirkan kasih sayang yang tak terputus-putusnya.

Ternyata kasih sayang Tuhan itu tidaklah dijaga oleh manusia. Banyak manusia yang menyia-nyiakannya. Kasih sayang berubah menjadi kebencian terhadap sesama hingga memuncak pada konflik. Padahal kasih sayang diturunkan sebagai perekat semua perbedaan agar saling menghormati, menghargai dan mencintai. Bukan berarti untuk memaksakan semua perbedaan agar sama melainkan menyesuaikan perbedaan agar saling dimengerti satu sama lain antara yang terlibat dalam perbedaan dengan landasan kasih sayang.

Ketidakpahaman terhadap kasih sayang membuat manusia lupa tentang hakekat perbedaan itu. Lupa sesungguhnya perbedaan itu adalah keharusan yang tak perlu ada kebencian karenanya. Dan jika dimaknai secara dalam, perbedaan itu adalah rahmat yang tercipta agar manusia berpikir untuk berkasih sayang. Tapi sayang, tidak sedikit manusia yang melakukan pengklaiman bahwa dialah yang berhak atas kasih sayang itu. Manusia seperti ini merasa sebagai hamba Tuhan yang hanya berhak mendapat kasih sayang, sehingga merasa mendapat mandat untuk tidak memberi kasih sayang kepada yang berbeda dengan mereka. Hingga mereka berusaha menyingkirkan yang berbeda hingga melenyapkannya.

Hari kasih sayang

Tentunya ada sebab musabab sehingga ditetapkan dan diperingati sebagai hari kasih sayang atau biasa disebut dengan hari valentine. Konon ada sebuah peristiwa haru tentang perjuangan cinta anak manusia yang pernah ada di muka bumi. Tapi saya tidak mau berceritra tentang sejarah yang cukup memiliki ragam versi ini. Yang cukup dipahami adalah kasih sayang milik siapa saja, milik semua identitas bahkan semua agama pun mengajarkan tentang berkasih sayang pada apa saja selama itu benar.

Jika memang ini adalah saat yang tepat, mungkin tidak salah jika saya berkasih sayang. Salahkah jika hari ini saya berkasih sayang padamu? Pada dia? Pada mereka? Pada kami? Pada kalian ? terlebih pada kita semua? Justru malaikat pun akan berkasih sayang padaku jika aku berkasih sayang pada siapa saja selama itu benar, Tuhan pun demikian. Bukankah berkasih sayang adalah perintah? Ya, benar.

Banyak manusia di dunia telah menetapkan 14 Februari adalah hari berkasih sayang itu (baca: valentine). Tidak salah, tidak ada yang keliru jika saya harus berkasih sayang pada setiap momentum ini. Lagi pula momentum ini juga sebagai pengingat agar kita terhentak dari kelupaan, keengganan serta kekikiran untuk memberi kasih sayang. Lihat saja ketidakadilan di muka bumi ini yang membuat manusia miskin, terusir, sakit, dibenci, bahkan di bunuh dan banyak lagi hal sebagai tanda bahwa kasih sayang itu sudah mahal harganya.

Inilah maksud dan alasan kenapa saya berkasih sayang pada kalian semua pada momentum ini. Saya hanya ingin pada momentum ini (baca: valentine), kita semua sadar bahwa indah sungguh indah jika melihat anak-anak tertawa, Ibu menyusui anaknya, Ayah bekerja dengan penuh kasih sayang, masyarakat hidup dengan berkasih sayang dan negara melayani rakyatnya dengan kasih sayang pula. Kasih sayang pun akan terbentuk menjadi indah yang akan dirasakan oleh siapa saja di muka bumi ini. Bukankah orang bijak berkata: kasih sayang dari keluarga akan membentuk kasih sayang dalam masyarakat, kemudian akan membentuk kasih sayang dalam negara hingga kasih sayang se dunia, bukan?

Bukankah juga berkasih sayang adalah bentuk peleburan identitas? Dengan berkasih sayang sesungguhnya kita diajak untuk kembali pada hakekat kita sebagai manusia yang memiliki nilai yang universal dan derajat yang sama. Manusia yang seharusnya tidak mengenal kasta karena identitas sosial. Manusia yang bukan aku dan kamu atau kami dan kalian melain manusia yang kita semua. Manusia yang ibarat satu tubuh, jika anggota tubuh lain sakit maka yang lainnya ikut sakit. Manusia yang saling mengingatkan terhadap manusia lain jika bersalah, tentunya dengan cara yang berkasih sayang pula. Ini semua dapat terjadi ketika kita berkasih sayang.

Tapi sunguh tidak bijak dan salah jika berkasih sayang itu hanya pada momentum ini, selepasnya manusia menaggalkannya. Manusia kembali membunuh secara perlahan-lahan kasih sayang itu hingga melahirkan kebencian. Valentine momentum sesaat kemudian ditanggalkan melainkan harus dipahami sebagai cara mengingatkan agar kasih sayang itu selalu diberikan yang tak mengenal lelah. Sebagai bentuk perenungan agar berkasih sayang seperti Tuhan kepada ciptaannya, pada sang surya kepada bumi, pada guru ke murid, pada orang tua ke anaknya yang tak pernah mengenal balas budi. Semoga kita semua berkasih sayang pada setiap waktu selama helaan nafas itu masih berhembus dan sekali lagi tidak hanya pada hari kasih sayang (valentine) itu.

Selamat berkasih sayang.

~Makassar, 14-15 Februari 2013

Komentar