Bahasa Tuhan dalam hujan

Rintikan hujan selalu membawa kenangan. Selalu ada cerita dalam setiap hujan yang turun. Seorang gadis perpayung, belum juga berhenti. Dia mencari alamat yang mungkin saja saya tau. Tapi niatku sengaja belum ku lakukan untuk menyapanya dan membantunya.

Akhirnya dia berhenti di dekatku dalam perlindungan sebuat atap teras rumah. Mungkin alamat yang dicarinya sudah ditemui. Tapi tidak, justru arahnya semakin mendekatiku. Seketika dia melempar senyum manisnya yang membuatku sedikit tergoda. “Maaf ganggu, tau alamat ini ngga’?” ucapnya sambil menyodorkan secarik kertas.

Bingung dan shok sesaat. Ibarat tak ada angin kencang dan awan hitam, tiba-tiba hujan turun. Begitulah kondisiku ketika dihampiri oleh gadis berpayung dengan senyumnya yang manis. Apalagi seingatku, dalam memoriku tidak pernah tergambar parasnya sebelumnya. Aku hanya mengingat ada seorang gadis yang berkerudung merah jambu yang sebelumnya pernah ku temui.

Gadis berpayung ini memang tengah mengenakan kerudung merah jambu yang semakin menambah kekagumanku pada indahnya ciptaan Tuhan pada seorang hawa. “Maaf, aku tidak tau alamatnya” sembari membalas senyuman manisnya yang sedikit membuatku gerogi.

Hujan selalu tersirat banyak kisah. Tuhan sengaja tidak hanya menciptakan kering karena banyak alasan yang kadang belum kita mengetahuinya. Malah, rasa keluh kesah tersemat pada hujan ketika menghalangi rencana untuk melakukan sesuatu. Namun, jika didalami dengan kesabaran dan pembacaan yang cermat selalu ada rahasia ke indahan. Mungkin aku tidak akan berkenalan dengan gadis berpayung tadi, jika hujan tidak ada. Karena hujanlah yang mempertemukan kami.

Aku tak tau bagaimana kelanjutan episode kehidupanku pasca berkenalan dengan gadis berpayung yang cantik jelita itu. Siapa tau melalui hujan ada renca terbaik Tuhan yang jauh kedepan yang belum aku ketahui. Mungkin saja pertemuan itu adalah langkah awal menuju rencana-rencana yang telah didesain Tuhan yang maha hebat. Kita tidak tau hanya Tuhanlah yang Maha tau atas segala rahasia.

Sebuah kisah juga tentang hujan. Lebih tepatnya tentang hikmah di balik hujan turun. Seorang pedagang yang bisa dikatakan sebagai tulang punggung keluarga akhirnya terurung niatnya. Hujanlah yang membuatnya tidak menjajakan barang jualanya. Karena hujan, membuat aktivitasnya menjadi lambat hingga akhirnya angkot satu-satunya yang dia tumpangi harus meninggalkannya. Dia mengeluh dan menyalahkan keadaan (baca: hujan) dan sedikit melayangkan ‘protes’ kepada Tuhan. “Ya Allah kenapa engkau menurunkan hujan sehingga saya tidak bisa menjajakan barang jualanku? Padahal ini yang akan menghidupi keluargaku?” kalimat yang menyesaki dadanya.

Dalam kelelahan menyalahkan hujan akhirnya dia menyerah dan pasrah. Duduk di kursi yang di hadapannya terdapat televisi. Lalu di putarlah televisi itu untuk menghilangkan kejenuhan atas hujan yang belum juga usai. Sontak setelah melihat berita di sebuah statsiun televisi. Ternyata mobil yang biasa ditumpanginya tadi mengalami kecelakaan dan hampir semua penumpangnya meninggal dalam kecelakaan tersebut. Akhirnya rasa kesal berubah menjadi rasya syukur. Ternyata Tuhan punya rencana yang jauh lebih baik dan indah yang kadang belum kita ketahui. Kita mengetahuinya, setelah kejadian itu terjadi.

Dia akhirnya sadar bahwa Tuhan sangat sayang kepadanya. Melalui hujan Tuhan ingin berbicara kepadanya agar selalu bersyukur dan ikhlas atas ketetapan_Nya. Melalui hujan juga Tuhan mempertemukan aku dengan gadis berpayung itu. Mungkin masih banyak rahasia hikmah yang belum tersingkap dan mungkin suatu saat akan ditampakan oleh_Nya. Karena kadang baik menurut kita belum tentu baik menurut Tuhan dan sebaliknya. Hanya ke ikhlasan dan kesabaran serta keyakinan maka semua selalu akan indah pada waktunya. Bahwa rencana Tuhan selalu indah.

~Makassar disaat hujan turun, 03:00, 12 April 2013

Komentar