Ke indahan dalam seni

Kesukaan saya pada seni tradisional akhirnya terlampiaskan. Terik mentari tak menyurutkanku dan banyak orang untuk bergerak menuju gedung, tempat pertunjukan seni akan berlangsung. Mulanya, aku tidak tau akan ada pertunjukan seni tradisional di gedung itu. Namun rasa penasaran terhadap arus pergerakan orang-orang ke gedung yang mampu menampung ribuan orang itu, akhirnya menyeretku untuk berjalan menuju tujuan yang sama.

Mentari baru saja condong ke sebelah barat dari posisinya yang tepat lurus vertikal di atas kepala. Dengan perasaan sedikti ragu, aku coba memberanikan diri untuk masuk ke gedung itu. Ragu tidak memiliki bukti pembayaran untuk bisa menikmati ke indahan seni di dalam ruangan itu. Karena biasanya, tiket menjadi syarat untuk memasuki ruangan yang cukup mewah itu. Untunglah tidak, saat itu lokasi pertunjukan terbuka untuk siapa saja yang ingin masuk. Secara otomatis segera semua bisa masuk menikmati pertunjukan seni tradisional di dalam gedung itu.

Di dalam ruangan yang gelap karena sebagian penerangannya sengaja di padamkan, muncul ke anehan. Ada hal asing tepatnya bahasa asing yang terdengar dari para seniman-seniman di panggung. Pengarah acaranya (master ceremonial/MC) pun demikian. Seksama menangkap suara yang terlontar, akhirnya aku berkesimpulan bahwa bahasa yang di gunakan adalah mandarin (china).

Wah, ternyata mereka datang dari negara tirai bambu, China. Para seniman-seniman itu adalah mahasiswa dari salah satu universitas di negeri yang kemampuan ekonomi dan milliternya mulai di waspadai oleh dunia. Mereka datang dalam misi pertukaran seni-budaya dengan kampus tempatku menuntut ilmu. Mereka memperkenalkan seni tradisionalnya agar terjadi komunikasi seni-budaya demi menciptakan kaharmonisan dalam mengelolah perbedaaan.

Memang banyak perbedaan apalagi dalam skala global. Perbedaan melahirnya banyak kecurigaan yang sangat berpotensi konflik. Dalam politik global persaingan merebut hegemoni dunia berlangusng cukup sengit. Apalagi China yang kini berusaha menjadi negara adi daya dunia menggeser AS telah mengalami kemajuan yang luar biasa. Namun melalui kegiatan seperti ini (baca: pertukaran seni-budaya) dapat mencairkan perbedaan menuju kesepahaman yang sejajar satu sama lain. Sehingga potensi konflik pun dapat diminimalisir.

Satu persatu mereka menunjukan kepiawaiannya dalam berkesenian tradisional China. Mulai dari tarian, nyanyian, alat musik, kaligrafi, permaianan tradisional seperti catur hingga seni dalam meracik teh. Untuk lebih maksimal perfomanya, MC menjelaskan dengan bahasa china (kemudian di Indonesiakan oleh MC lainnya) tentang sedikit sejarah dan nilai-nilai kearifan yang terkandung dalam setiap pertunjukan. Sungguh luar biasa, mengispirasi dan memberikan kepuasan intelektual-jiwa. Di tambah lagi dengan ke anggunan para mahasiswi yang menari (hehe...). Sebagai bentuk kesepahaman,  juga mahasiswa dari kampusku memperagakan beberapa seni-budaya dari negeri tirai bambu itu.

Pertunjukan itu semakin mempertegas keyakinanku tentang kekuatan sebuah seni-budaya. Seni-budaya memiliki nilai kearifan yang indah untuk digunakan dalam kehidupan individu, bermasyarakat hingga berbangsa dan bernegara. Nilai itu dapat memberikan roh bagi kehidupan yang dapat mengarahkan kehidupan yang lebih baik dan bermartabat. Dengan dijelaskannya nilai-nilai kearifan lokal dalam setiap pertunjukan seni-budaya yang ditampilkan oleh para mahasiswa china, semakin menjelaskan bahwa salah-satu kemajuan china hari ini juga didukung oleh nilai-nilai kebudayaan di negeri itu.

Indonesia harus menginspirasi hal ini. Indonesia tak kalah dengan china yang memiliki banyak seni-budaya. Apalagi Indonesia secara geografis adalah negara kepualaun yang memiliki banyak budaya, bahasa serta seni-budaya lainnya. Dari keragaman ini memiliki kekayaan nilai-nilai kearifan lokal yang khas. Kemudian, jika di terus digali akan menjadi pemberi warna bagi kehidupan ke indonesiaan kita. Sehingga dapat menjadi solusi alternatif terhadap permasalahan sosial yang ada. Banyangkan saja, apabila setiap seni-budaya memiliki kacamata yang berbeda dengan kearifan yang dimilikinya maka akan sangat banyak solusi yang dihadirkan dalam menyelesaikan krisis multidimensi bangsa ini.

Namun sayang, banyak di antara kita terutama para pemangku kepentingan di negeri ini dari pusat hingga ke daerah masih mencampakan nilai-nilai yang terkandung dalam seni-budaya. Kita masih lebih asik mengadopsi nilai-nilai asing yang terbawa dalam arus globalisasi untuk diterapkan di masyarakat kita. Padahal kita memiliki sikap mental dan budaya yang berbeda dengan nilai-nilai asing tersebut. Sehingga wajar saja, banyak ketimpangan yang terjadi di masyarakat kita dan masalah semakin banyak yang muncul.

Inilah yang mulai banyak diresahkan. Bahwa budaya masih jarang dilibatkan dalam mengurus negeri ini. Padahal kita memiliki kekayaan nilai kearifan seni-budaya yang cukup banyak, yang dapat mewarnai paraktek kehidupan kita. Yang banyak terjadi, justru seni-budaya hanya dijadikan komoditas yang di perjual belikan dan lagi-lagi tanpa mengeksplorasi nilai kehidupan yang terkandung di dalamnya. Maka sangat perlu, seni-budaya segera dilibatkan secara serius dalam praktek kehidupan kita.

~Makassar, 16 April 2013

Komentar