Malam dan kisah pencuri

Malam yang cukup sunyi. Kendaraan yang biasa lalu lalang kini hampir tak ada lagi. Wajar saja, saat itu hampir semua orang beristirahat dari kelelahannya disiang hari. Mungkin saja tidur atau sekedar menikmati hiburan di media-media massa atau media sosial. Saat itu, malam hanya diahiasi sahutan-sahutan hewan malam yang semakin memperindah taburan bintang.

Sendiri dalam kesunyian. Duduk menikmati segelas kopi yang baru ku seduh. Di teras rumah kos, markas besarku dan rutinitas malamku baru saja dimulai.

Hembusan angin malam, membuat kesejukan hati semakin nikmat. Memang malam selalu dijadikan banyak manusia sebagai momentum perenungan. Memosisikan diri dalam titik balik kehidupan, merefleksi segala perjalan sejarah kehidupan. Inilah salah satu yang aku lakukan malam itu.

Di jalan setapak itu biasa ramai di siang hari tapi berubah menjadi sunyi di malam yang sejuk itu. Tapi tiba-tiba saja, ada yang lain malam itu. Sekitar berapa menit sebelum jarum jam menunjuk pukul 02:00 dini hari, terjadi perkumpulan massa yang tak biasanya. Mataku tertuju pada mereka. Entah apa yang mereka lakukan, rasa penasaranku semakin terhentak.

Ku hentikan aktivitasku saat itu dan beralih untuk mencari tau yang sedang terjadi dengan orang-orang itu. “Ada apa pak?” tanyaku dengan keheranan sesaat sampai di jalan setapak itu. Suara semakin gaduh dan orang-orang dengan liar memandangi sebuah rumah dan sekitar jalan itu. Sebagian besar dari mereka, memegang pentungan berupa balok kayu maupun dari besi.

“Ada pencuri de’, tadi ada yang melihatnya berusaha masuk ke dalam rumah ini” Bapak itu menjelaskan sembari menunjukaan rumah yang cat hijaunya sudah mulai memudar. Kegaduhan semakin menjadi-jadi, warga lainpun keluar dan berkumpul di sekitar jalan itu. Mereka rela mengorbankan waktu-waktu istrahatnya untuk membantu mencari pencuri itu. Mungkin juga hanya memenuhi rasa pernasaran mereka atas kegaduhan di jalan setapak itu.

Bermenit-menit hingga durasi penantian sampai satu jam kemudian. Tidak ada yang berubah walaupun kebosanan sudah mulai nampak. Orang-orang sudah tidak percaya lagi atas keberadaan pencuri itu. “Mungkin dia sudah kabur” ujar seorang di antara mereka. Pasalnya semua tempat-tempat yang dicurigai bisa dijadikan termpat persembunyian sudah diperiksa namun hasilnya nihil, tak ada orang yang dicari itu.

Orang-orang yang bersama saya malam itu, sangat mewanti-wanti untuk menemukan pencuri itu. “Dia bertopi dan berbaju hitam. Tadi aku melihatnya secara bertahap membuka kacar jendela rumah ini” salah seorang menjelaskan. Dalam penantiannya, pencuri itu akan dibuat kapok bahkan ada kalimat ekstrim yang terdengar bahwa si pencuri akan dibakar nantinya. Karena pada malam-malam sebelumnya, juga terjadi pencurian di sekitar rumah itu. Sungguh pelampiasan emosi yang menakutkan.

Pada akhinya, jalan setapak itu kembali sunyi. Orang-orang kembali masuk dalam peraduannya, menikmati malam yang indah bertaburan bintang dan senyum rembulan bersama keluarga bagi yang berkeluarga. Namun aktivitas rutinitasku malam itu, tidak serta merta berkahir seiring usainya pencarian pencuri itu. Aku melanjutkan lagi meskipun tidak terlalu berdurasi panjang. Dan sampailah saya memutuskan untuk merebahkan badan, menutup mata dan tidur pulas.

Memang selain sudah tabiatnya, bahwa kota merupakan sebuah tempat pertaruang “kehidupan”. Thomas hobbes pernah mengatakan bahwa manusia itu mahluk anarkis yang berjuang memenuhi hak-haknya meskipun hak orang lain harus di korbankan. “Manusia adalah srigala bagi manusia lain”. Dalam masyarakat urban (kota) persaingan untuk hidup dalam memenuhi kebutuhan-kebutahn ekonomi berlangsung cukup sengit. Apalagi sistem sosial yang berlaku umumnya adalah memberikan peluang yang besar bagi orang yang sudah terlanjur kaya sehingga mereka semakin kaya dan yang miskin semakin miskin.

Mendengar kalimat dari salah satu dari kumpulan massa tadi, untuk membakar pencuri yang mereka cari merupakan tindakan anarkis yang tidak bijaksana. Jika melihat secara bijak, persolaan mencuri harus didudukan dengan seksama agar salah dalam memberikan keputusan.

Hemat saya, tindakan mencuri seperti kasus ini sebagian besar dilandasi oleh motif ekonomi meskipun sikap a moral juga memiliki andil. Bagaimana mereka yang merasa kalah dan benar-benar kalah dalam perebutan ekonomi akan melakukan hal yang menurut mereka bisa memperoleh sumber daya ekonomi itu. Meskipun dengan cara yang tidak dibenarkan oleh norma-norma yang beralaku. Seandainya sistem sosial yang berlaku memberikan keadilan maka pencurian semacam ini akan kurang terjadi.

~Makassar usai malam itu, 13 April 2013

Komentar