Aku menulis harapan di hujan

Siang itu, cuaca berubah mendung. Kecerahan langit berubah menjadi kepekatan awan hitam. Hujanpun turun membasahi tanah yang sebelumnya cukup panas.

Banyak yang ingin melayangkan protes padanya. “Hujan, kenapa engkau harus turun saat ini?” Mungkin ini kalimat yang terjanggal dalam benaku. Pasalnya rencana yang pernah ku munculkan harus pupus oleh siraman hujan deras.

“Ah, kalau begini kondisinya lebih baik akau di sini saja. Aku menunggu hingga hujan berpihak pada rencanaku”. Maka hal yang menurutku bijak saat itu adalah menikmat hujan sembari sesekali menatap langit. “Apakah tanda itu sudah nampak?” tanda dimana awan hitam menyingkir, membiarkan sinar mentari kembali menyingsing tanpa harus ditutupi oleh tubuhnya.

Saat itu, aku tidak dalam kesendirian. Seorang kawan bernasib sama denganku. Menikmati, melihat serta mendengar jatuhnya hujan dari langit. Meskipun itu, aku tetap menyambutnya dengan positif. Bahwa di balik hujan turun ada kabar baik dari Tuhan yang kadang belum kami ketahui.

Tentang harapan

Perbincanganku dan seorang kawan cukup menggugah. Kami mencoba menyelami masa depan yang tak pasti. Mencoba menciptakan dunia imajinasi tentang kejadian kami masa depan. Mungkin inilah yang disebut oleh semua orang dengan “harapan”. Kami menyebutkan harapan-harapan kami di masa depan.

Lagi pula aku pernah mendengar bahwa salah satu momentum yang baik ketika hujan turun. Bahwa harapan itu akan mudah terkabul tatkala hujan menghampiri permuakaan bumi. Yah, mungkin itulah salah satu kabar baik di balik hujan turun itu. Wallahu alam.

~Makassar, 20 Mei 2013

Komentar