Perihal tujuan hidup

Setelah menjalani malam yang hening, aku terbangun oleh nyanyian hewan yang pagi yang baru saja bangun. Begitupun dengan fajar yang menyingsing hingga masuk melalui celah-celah jendelaku. Mereka menampar telinga dan kulitku sehingga aku memutuskan untuk bangkit dari peraduanku dari semalam.

Pagi itu, segera menyiapkan segala halnya untuk mewujudkan sebuah janji. Aku akan menemani seorang sahabat yang akan bepergian ke suatu tempat. Segra ku keluarkan kendaraan roda dua yang semakin kotor saja dari garasi. Meskipun itu,dengan tanpa rasa risih sedikitpun aku tetap menungganginya walaupun selalu mendapatkan kritik dan saran dari banyak sahabat agar segera membukan kotoran-koran yang menempel.

Segerah aku menyalakan mesinnya dan sesegera mungkin kami berjalan meninggalkan garasi. Semakin jauh dan jauh hingga pintu garasi menghilang dari pandangan punggung kami. Pada akhirnya jalan raya menyambut kami dengan segala deru kendaraan bermotor yang sudah mulai memperdengarkan suaranya. Malam berganti pagi dan riuhpun semakin memecahkan hening.

 Sungguh pagi yang indah. Udara nan sejuk menghiasi aroma siang yang jarang di dapatkan di kota ini. Lalu lalang aktivitas manusia baru saja akan dimulai namun pagi ini belum sepenuhnya terjadi. Dan pada saat itulah kesejukan udara akan tergantikan oleh ke keruhan udara dan teriknya mentari yang kadang sudah tak wajar.

Tujuan mereka?

Aku di tanya oleh seorang sahabat perihal ini. begitu banyak aktivitas orang di jalan terlbih di muka bumi ini, apa sebenarnya tujuan kehdiupan ini? tanya sahabatku yang tengah bersamaku di atas kendaraan roda dua yang semakin kotor saja.

Aku yakin mereka memiliki tujuan masing-masing. Maka tak heran jika menciptakan banyak perbedaaan. Dan tak jarang perbedaan itu berujung pada konflik. Atau mungkin juga perbedaan mampu di diamkan dan dikelolah dengan baik hingga berbuah indah pada waktunya.

Tapi bukan itu maksud sahabat saya ini. Baginya pada hakekatnya tujuan hidup itu hanyalah dua, yakni tujuan kepada Allah atau kepada selainnya. Dan tujuan kepada Allah adalah tujuan yang sebenar-benarnya tujuan manusia, apapun yang dilakukannya.

Keyakinan sahabatku ini bahwa yang tengah beraktivitas dan lalu lalang di jalan raya sebagian besar, dalam dirinya belum tertanam dengan baik hakekat tujuan itu. Mereka baru hanya sebatas menjalani kehidupannya untuk kebutuhan dunia toh. Jarang yang berniat untuk mengabdian kepada Allah. Padahal, pengabdian kepada Allah lah yang harus menjadi tujuan satu-satunya.

Maka wajar saja, jika dalam banyak kesempatan kita selalu mendengar terjadi ketimpangan. Masyarakat kita mulai dan bahkan telah membudaya kehidupan yang tidak di warnai dengan nilai-nilai moral. Karena nilai-nilai itu bersumber dari Allah, tujuan yang sebenar-benarnya tujuan (hakekat tujuan). Ketika hakekat tujuan ini sudah dikesampingkan maka nilai itu pun akan ikut hilang.

~Makassar, 8 Mei 2013

Komentar