Perang besar itu

Aku harus bersyukur pada Tuhan yang menciptakan malam. Karena malam tak jarang aku libatkan dalam setiap masalah yang butuh penyelesiaan. Ku pandangi bulan dan bintang, ku hirup sejuknya udara malam serta ku nikmati syahdunya nyanyian jangkrik yang seolah  mengajaku bicara. Juga, kadang aku irih pada sepasang cecak yang telah sah menjalin cinta. Mereka tak perlu lagi takut akan melanggar norma sosial yang berlaku. Karena sekali lagi, mereka tidak memiliki norma ketat seperti halnya manusia terutama norma agama.

Sudah lama ini jemariku susah diajak berkompromi untuk merangkai huruf demi huruf kemudian menjadi kata, kalimat hingga paragraf. Ini adalah persoalan ‘perang’ besar itu. Yang menurut intektual muslim Iran, Ali Syariati bahwa di dalam diri manusia terdapat dua elemen yang saling berperang: elemen Ilahiyah dan element Syaitan.  Kedua element ini akan terus berperang hingga kiamat kecil itu terjadi pada diri manusia yakni kematian. Oleh Rasulullah juga bersabda: perang terbesar itu adalah perang melawan diri sendiri (hawa nafsu).

Inilah perihal itu, bahwa jemariku enggan merangkai kata-kata. Bahwa dalam beberapa hari bahkan minggu terakhir ini elemen syaitan memenangkan perang dalam diriku. Dia mengalahkan element ilahiyah sehingga membuatku menjadi malas bahkan acuh tak acuh.

Tapi sejarah kini ku balikan. Pasokan energi metafisik berupa doa, zikir serta semaksimal mungkin kesadaran spiritual ku masukan dalam kesadaranku. Sehingga element ilahiyah kemabali memenangkan pertarungan dalam diriku. Konsekuensinya, aku mampu memaksa menggerakan jemariku merangkai huruf demi huruf hingga membentuk paragraf-paragraf seperti artikel yang kita baca sekarang. Karena kemalasan terlah terkalahkan.

~Makassar, di markas besarku, dalam kesunyian malam, 17 Ramadhan 1434/26 juli 2013.

Komentar