Rehat; refleksi diri

Keadilan itu memang selalu ada. Jika kita cermat membaca, sesungguhnya setiap makhluk termasuk manusia selalu memiliki kelebihan dan kekurangan. Mungkin si fulan memiliki ini tapi belum tentu memiliki itu. Juga, si fulan lain tidak memiliki ini tapi memiliki itu. Nah, di sinilah salah-satu cara bagaiaman Tuhan menciptakan keadilan. Meskipun itu, hemat saya keadilan di dunia ini hanyalah bersifat parsial. Kita belum mampu menjamahnya secara sempurnah. Sebenar-benarnya keadilan kita akan mengetahuinya tatkala di akhirat kelak.

Ketidakpahaman terhadap bagaiamna melihat keadilan, akan berdampak secara psikologis terhadap lahirnya keluhan atau ketidakterimaan (ikhlas). Bagi saya, bagi setiap orang yang mengeluh merupakan salah-satu indikasi bahwa mereka tidak melihat secara penuh apa yang ada pada dirinya. Setiap orang memiliki bakat (passion) satu sama lain. Seperti saya katakana di atas, mungkin anda tidak memiiliki ini tapi pasti memiliki itu. tinggal bagaiamana kita mengasah “ini” yang kita miliki menjadi sesuatu yang luar biasa. sehingga kita menjadi ahli di bidang “ini”.

Baiklah. Saya tidak akan terlalu berkutat pada persoalan konsep. Pernah suatu saat saya menyakiskan realitas kehidupan. Di ceritakan tentang kisah para saudara-saudara kita yang difabel (untuk tidak menggunakan term disabilitas). Mereka sangat berprestasi di bidang yang mereka minati. Mungkin (maaf)secara fisik dan kadang juga mental, mereka berbeda dengan orang pada umumnya, tapi bukan berarti tidak memiliki kemampuan lain. Mereka tersemat sebuah bakat yang kemudian terus di asah menjadi luar biasa.

Syukur

Salah satu bentuk rasa syukur kita kepada pencipta adalah dengan memaksimalkan serta menggunakan dengan baik pemberian_Nya. Setiap manusia sudah di lengkapi dengan kelebihan masing-masing. Salah, jika ada yang mengatakan: saya tidak memiliki kemampuan apa-apa. Sangatlah tidak adil jika Tuhan tidak menciptakan modal kemampuan kepada manusia untuk menelusuri lorong-lorong kehidupan yang berliku-liku ini.

Kita beruntung terlahir normal secara fisik, tapi akan sangat tidak beruntung jika keadaan ini tidak di manfaatkan sebaik-baiknya. Kita akan terkategori sebagai orang yang tidak bersyukur dengan membiarkan kelebihan kita tependam dalam diri. Kita akan menjadi manusia mubazir yang tidak melejitkan potensi dalam diri dengan hanya tidak penuh dalam mengasahnya. Dan yang terpenting lagi adalah mengabdikannya untuk kebaikan.

Dalam realita itu, salah satunya adalah seorang yang sejak kecil cacat secara mental dan fisik. Mungkin kebanyak orang akan berpikir, dengan keadalan seperti mana mungkin dia bisa berprestaasi. Malah yang ada hanya akan merepotkan orang-orang disekitarnya. Tapi anggapan seperti itu sangalah salah. Sekali lagi, Tuhan menciptakan manusia dengan kelebihan masing-masing. Ternyata di balik fisiknya yang cacat bahkan mentalnya, ternyata dia memiliki kemampuan bermusik yang sangat hebat. Saya yakin masih banyak orang-orang yang seperti ini (baca: difabel) dan mereka memilliki kemampuan hebat di bidangnya masing-masing.

Hidup tidak sekedar  hidup

Nah, bagaimana dengan kita? Sama halnya dengan mereka yang difabel. Kita juga memiliki kemampuan masing-masing. Tapi alangkah meruginya, jika kemampuan itu tidak dilejitkan. Kita memiliki faktor pendukung lain yakni kenormalan fisik dan juga mental bahkan kelebihan lainnya terutama mereka yang memiliki kemampuan ekonomi atau lingkungan yang mendukung. Trus alasan apalagi?

Dan setelah kehebatan itu tercapai, bukan berarti misi selesai. Ulama besar Buya Hamka pernah berkata: kalau hidup hanya sekedar hidup babi di hutan jika bisa hidup. Kalau kerja hanya sekedar kerja, kera juga bisa bekerja. Sebaik-baiknya manusia adalah paling bermanfantaan bagi sesamanya, sebagai bentuk pengejewantahan cinta dan pengabdian kepada Tuhan.

Mari saling memotivasi dan mengingatkan.

*Difabel= bisa di artikan orang yang memiliki kemampuan di bidang lain dan tidak terkesan negatif.
Disabel= kata yang terkesan streotipe negatif. Biasa diartikan dengan orang yang cacat.

~Makassar, 20 Desember 2013

Komentar