Lawanlah dengan membacanya, bukan membakarnya

Entah apa yang menjadi alasan rasional, kenapa buku harus di bakar? Akhir-akhir ini di negeri kita tengah dihantui dengan isu komunisme. Bahwa akan bangkit hantu bernama komunisme. Banyak yang menyebutnya hantu karena sesuai namanya, hantu digambarkan sebagai sosok yang menyeramkan nan menakutkan.

Persepsi tentang hantu komunisme, tidak hanya berlaku di Indonesia melainkan banyak negara yang menganggap komunisme adalah ideology yang membahayakan. Untuk kasus di Indonesia, ada trauma sejarah bagi sebagian besar masyarakat Indonesia tentang komunisme yang pernah ada dan sempat berjaya dalam jelmaan partai komunis Indonesia (PKI). Sejarah tentang peristiwa yang melibat PKI dengan cerita-cerita pembantaian dan pertumpahan darah. Meskipun sejarah ini masih menimbulkan kontroversi dan perdebatan yang belum usai.

Trauma itulah yang kini mulai dikorek-korek kembali. Ada upaya pengungkapan sejarah yang pernah terjadi di Indonesia, khususnya berkaitan dengan peristiwa gerakan 30 september (gestapu) PKI atau biasa juga dikenal dengan istilah G30SPKI. Perlawanan yang tidak setuju pun bangkit. Mereka ada di birokrasi, parpol dan eleman masyarakat lain. Salah satu caranya adalah dengan melarang gambar-gambar yang merupakan simbol PKI (palu arit) dan parahnya adalah disetujuinya pembakaran terhadap buku-buku yang memuat ajaran komunisme.

Komunisme yang usang

Saya pikir ketakutan ini terlalu berlebihan dan tidak proporsional. PKI bukanlah hantu yang bisa hidup lagi dengan wajah yang sama. Situasi dan kondisi sudah berubah. Komunisme sebagai ideologinya harus mulai menyesuaikan diri dengan ideology kapitalisme yang tengah mendominasi hari ini. Sedangkan kita tahu, kapitalisme adalah musuh bubuyutan dari komunisme. Tidak mengherankan, jika negara penganut komunisme tidak murni lagi menjalankan prinsip-prinsip ideologinya.

Lihat China yang katanya negara komunis. Bagaiamana dengan system ekonominya? Mereka telah merubah wajah menjadi negara kapitalis. Venezuela pun demikian, yang tengah mati-matian mempertahankan negaranya dari keruntuhan. Padahal mereka dikenal sebagai negara penganut marxis yang merupakan roh dari ajaran komunisme. Tapi kenyataannya, system ekonominya telah tergabung dalam system ekonomi pasar dan politiknya pun mulai terbuka. Mungkin tinggal Korea utara yang mati-matian mempertahankan statusnya sebagai negara pelaksana ideology komunis yang masih murni. Apa yang terjadi di sana? Justru di sana terjadi pemerasan, pembantaian bahkan pembunuhan atas masyarakatnya serta banyak cerita-cerita pilu lainnya. Padahal cita-cita dari ideology ini adalah menciptkan keadilan yang sama rata sama rasa.

Membaca bukan membakar


Kembali ke pembakaran buku yang memuat ajaran komunisme, “buku kiri”. Hemat saya, ini adalah tindakan yang lucu. Ketika orang-orang di dunia sedang berambisi untuk berlomba-lomba memperbanyak ilmu pengetahuan, negara kita justru mengizinkan pembakaran buku. Sebenarnya mengenai materi buku tersebut tidaklah sulit didapatkan, jika alasannya mempersulit kita mengakses ilmu pengetahuan. Apalagi hari ini tekhnologi internet atau buku elektronik membuat siapa saja untuk mudah mendapatkan ilmu. Tapi bagiku, tiindakan membakar buku adalah sesuatu yang tidak masuk akal. Okelah, mungkin ini hanya symbol perlawanan terhadap PKI. Tapi sekali lagi, caranya tidak bisa diterima dalam era reformasi dan keterbukaan hari ini.

Belum lagi jika kita bahas kebangkitan PKI, apakah itu mungkin? Sangat sulit. Kita telah masuk di era keterbukaan informasi yang sulit dibendung. Kita juga memasuki era sosial-ekonomi-politik yang berbeda. Singkatnya kita telah banyak berbeda dengan situaasi yang lalu. Belum lagi kita bicara tentang system ekonomi global yang telah menyatukan semua negara-negara dalam system pasar yang liberal. Kita semua saling tergantung (interdependensi). Mau tidak mau kita harus menyesuaikan diri dengan keadaan ini. Lihatlah contoh-contoh kegagalan negara yang katanya pelaksana komunisme di atas.

Jadi tidak perlu ada ketakutan yang berlebihan terhadap komunisme atau kebangkitan PKI di Indonesia. Apalagi sampai main bakar-bakar buku. Ini tindakan bodoh. Saya orang yang tidak setuju dengan komunisme dan wajah baru dari komunisme (neo-komunisme) tapi cara saya melawan bukan takut atau menghidari apalagi membakar buku-buku yang memuat ajaran komunisme itu. Justru, cara melawannya adalah dengan membacanya. Membacalah dengan tidak pasif yakni dengan ‘menelan mentah-mentah’ isi buku. Membacalah sambil berdialog dengan isi buku, bahkan kritiklah jika memang itu perlu. Bukankah dengan membacanya, kita dapat mempelajari bagaiamana spirit dan metode gerakan bahkan cara untuk membunuhnya? Bukankah dengan membacanya kita akan tahu kelemahannya? Sehingga dengan mengetahui kelemahannya kita dapat menghancurkannya? Bukankah di pengadilan terakhir nanti, Tuhan tidak akan bertanya: dari mana kau dapatkan ilmu? Tuhan hanya akan bertanya: Untuk apa kau gunakan ilmu yang kau dapatkan? Iqra…!!! Bacalah…!!!

~Makassar, 18 mei 2016



Entah apa yang menjadi alasan rasional, kenapa buku harus di bakar? Akhir-akhir ini di negeri kita tengah dihantui dengan isu komunisme. Bahwa akan bangkit hantu bernama komunisme. Banyak yang menyebutnya hantu karena sesuai namanya, hantu digambarkan sebagai sosok yang menyeramkan nan menakutkan. Persepsi tentang hantu komunisme, tidak hanya berlaku di Indonesia melainkan banyak negara yang menganggap komunisme adalah ideology yang membahayakan. Untuk kasus di Indonesia, ada trauma sejarah bagi sebagian besar masyarakat Indonesia tentang komunisme yang pernah ada dan sempat berjaya dalam jelmaan partai komunis Indonesia (PKI). Sejarah tentang peristiwa yang melibat PKI dengan cerita-cerita pembantaian dan pertumpahan darah. Meskipun sejarah ini masih menimbulkan kontroversi dan perdebatan yang belum usai. Trauma itulah yang kini mulai dikorek-korek kembali. Ada upaya pengungkapan sejarah yang pernah terjadi di Indonesia, khususnya berkaitan dengan peristiwa gerakan 30 september (gestapu) PKI atau biasa juga dikenal dengan istilah G30SPKI. Perlawanan yang tidak setuju pun bangkit. Mereka ada di birokrasi, parpol dan eleman masyarakat lain. Salah satu caranya adalah dengan melarang gambar-gambar yang merupakan simbol PKI (palu arit) dan parahnya adalah disetujuinya pembakaran terhadap buku-buku yang memuat ajaran komunisme. Komunisme yang usang Saya pikir ketakutan ini terlalu berlebihan dan tidak proporsional. PKI bukanlah hantu yang bisa hidup lagi dengan wajah yang sama. Situasi dan kondisi sudah berubah. Komunisme sebagai ideologinya harus mulai menyesuaikan diri dengan ideology kapitalisme yang tengah mendominasi hari ini. Sedangkan kita tahu, kapitalisme adalah musuh bubuyutan dari komunisme. Tidak mengherankan, jika negara penganut komunisme tidak murni lagi menjalankan prinsip-prinsip ideologinya. Lihat China yang katanya negara komunis. Bagaiamana dengan system ekonominya? Mereka telah merubah wajah menjadi negara kapitalis. Venezuela pun demikian, yang tengah mati-matian mempertahankan negaranya dari keruntuhan. Padahal mereka dikenal sebagai negara penganut marxis yang merupakan roh dari ajaran komunisme. Tapi kenyataannya, system ekonominya telah tergabung dalam system ekonomi pasar dan politiknya pun mulai terbuka. Mungkin tinggal Korea utara yang mati-matian mempertahankan statusnya sebagai negara pelaksana ideology komunis yang masih murni. Apa yang terjadi di sana? Justru di sana terjadi pemerasan, pembantaian bahkan pembunuhan atas masyarakatnya serta banyak cerita-cerita pilu lainnya. Padahal cita-cita dari ideology ini adalah menciptkan keadilan yang sama rata sama rasa. Membaca bukan membakar Kembali ke pembakaran buku yang memuat ajaran komunisme, “buku kiri”. Hemat saya, ini adalah tindakan yang lucu. Ketika orang-orang di dunia sedang berambisi untuk berlomba-lomba memperbanyak ilmu pengetahuan, negara kita justru mengizinkan pembakaran buku. Sebenarnya mengenai materi buku tersebut tidaklah sulit didapatkan, jika alasannya mempersulit kita mengakses ilmu pengetahuan. Apalagi hari ini tekhnologi internet atau buku elektronik membuat siapa saja untuk mudah mendapatkan ilmu. Tapi bagiku, tiindakan membakar buku adalah sesuatu yang tidak masuk akal. Okelah, mungkin ini hanya symbol perlawanan terhadap PKI. Tapi sekali lagi, caranya tidak bisa diterima dalam era reformasi dan keterbukaan hari ini. Belum lagi jika kita bahas kebangkitan PKI, apakah itu mungkin? Sangat sulit. Kita telah masuk di era keterbukaan informasi yang sulit dibendung. Kita juga memasuki era sosial-ekonomi-politik yang berbeda. Singkatnya kita telah banyak berbeda dengan situaasi yang lalu. Belum lagi kita bicara tentang system ekonomi global yang telah menyatukan semua negara-negara dalam system pasar yang liberal. Kita semua saling tergantung (interdependensi). Mau tidak mau kita harus menyesuaikan diri dengan keadaan ini. Lihatlah contoh-contoh kegagalan negara yang katanya pelaksana komunisme di atas. Jadi tidak perlu ada ketakutan yang berlebihan terhadap komunisme atau kebangkitan PKI di Indonesia. Apalagi sampai main bakar-bakar buku. Ini tindakan bodoh. Saya orang yang tidak setuju dengan komunisme dan wajah baru dari komunisme (neo-komunisme) tapi cara saya melawan bukan takut atau menghidari apalagi membakar buku-buku yang memuat ajaran komunisme itu. Justru, cara melawannya adalah dengan membacanya. Membacalah dengan tidak pasif yakni dengan ‘menelan mentah-mentah’ isi buku. Membacalah sambil berdialog dengan isi buku, bahkan kritiklah jika memang itu perlu. Bukankah dengan membacanya, kita dapat mempelajari bagaiamana spirit dan metode gerakan bahkan cara untuk membunuhnya? Bukankah dengan membacanya kita akan tahu kelemahannya? Sehingga dengan mengetahui kelemahannya kita dapat menghancurkannya? Bukankah di pengadilan terakhir nanti, Tuhan tidak akan bertanya: dari mana kau dapatkan ilmu? Tuhan hanya akan bertanya: Untuk apa kau gunakan ilmu yang kau dapatkan? Iqra…!!! Bacalah…!!! ~Makassar, 18 mei 2016

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/marwan_antopulo/lawanlah-dengan-membaca-bukan-membakarnya_573c71d23497734b0709f898

Komentar

  1. PENGAKUAN SAYA BERSAMA KELUARGA BESAR SAYA,INI BUKAN REKAYASA ATAU PUN CERITA BENE BENER TERBUKTI SAMASAYA.
    ASSALAMU ALAIKUM WR.WB....
    Perkenalkan nama saya MBAK MASUJI saya sangat berterimah kasih banyak kepada AKI atas bantuanya angka ghoib yang aki berikan (4D) benar-benar tembus 100 mohon maaf AKI ini pengalaman saya...waktu itu saya pernah minta bantuan pada seseorang yang mengaku pintar meramal angka jitu...dan saya harus belajar untuk mendapatkan angkanya sampai saya hutang sana sini tapi apa yang terjadi angka yang saya terimah ngak ada yang keluar mampus dalam hati kecil saya....dimana saya harus bayar hutan yang terlanjur menumpuk ,hingga akhirnya saya di kasih info kepada teman saya untuk menjadi member AKI SALMAN,dan ternyata angka ritual ghoib yang AKI kirim kepada saya ternyata jitu..akhirnya terbayar hutang saya ini dan akhirnya saya Membeli 1 unit rumah di Karawang, Tanah Kavling, dan franchise minimarket .hanya sekedar pengalaman saya...bagi anda yang mau mencoba angka ghoib dari AKI SALMAN silahkan hub/sms di nomor ( 082-310-623-559 ) ngak usah ragu-ragu...karna saya sudah merasakanya..terimah kasih AKI SALMAN..Maka dari itu.

    Apakah anda termasuk dalam kategori di bawah ini !!!!

    1"Dikejar-kejar hutang

    2"Selaluh kalah dalam bermain togel

    3"Barang berharga anda udah habis terjual Buat judi togel

    4"Anda udah kemana-mana tapi tidak menghasilkan solusi yg tepat

    5"Udah banyak Dukun togel yang kamu tempati minta angka jitunya
    tapi tidak ada satupun yang berhasil.

    Solusi yang tepat jangan anda putus asa....AKI SALMAN akan membantu anda semua dengan Angka ritual/GHOIB:
    2D_3D_4D SGP / HKG / MALAYSIA / TOTO MAGNUM / dijamin 100jebol
    Apabila ada waktu
    silahkan Hub: AKI SALMAN DI NO: ( 082-310-623-559 )

    INGAT...!!! JANGAN SIA-SIAKAN KESEMPATAN YANG ADA SEBAB

    KESEMPATAN TIDAK MUNGKIN DATANG KE 2 KALINYA...........

    SALAM MAS YANG PUNYA ROOMYA ..

    BalasHapus

Posting Komentar