Hujan Malam, Hotel dan Angka 13

Malam itu hujan tak kunjung usai. Awan hitam mengepul dan langit semakin gelap menelan bulan dan bintang-bintang. Titik air di jeket yang ku kenakan semakin membentuk nokta hitam yang tebal. Semakin lama semakin memenuhi seolah hujan berlomba memeluk erat kain yang ku kenakan. Saya memutuskan untuk memenuhi ajakan kawan.

Sampailah. Saya naik lift bersamanya. Sebuah lift hotel yang kami berdua di dalamnya, tak ada orang lain. Sepi dan sunyi. Setelah kami melangkahkan kaki ke dalam maka sesuai prosedur, tombol nomor lantai harus ditekan sesuai tujuan, lantai keberapa. Kawanku yang menekan karena dia yang tau tujuan lantai yang diinginkan. Saya diam saja sembari memperhatikan papan tombol yang ada. Namun, ditengah kebisuan, ada kejanggalan yang saya temui. 


                                                                ***  


Pernakah kalian menggunakan lift di sebuah gedung tinggi? Gedung yang lebih dari 13 lantai. Saya menyertakan angka 13 karena hal ini yang menurut saya janggal. Sebenarnya bukan hal yang asing karena cerita tentang angka 13 sudah sering terdengar. Banyak bangunan tinggi yang memiliki lantai 13 biasanya tidak menuliskan angka 13 untuk menandai lantai ke -13. Termasuk hotel yang saya maksud dimana papan tombol lift itu tidak ada angka 13 sebagai penanda lantai ke -13 melaikan diganti dengan angka 15. Di banyak bangunan biasanya angka 13 diganti dengan angka lain sesuai kesukaan pemilik bangunan.


Bisa dilihat di gambar yang saya cantumkan. Selain angka ini, sebenarnya ada juga angka lain yang dimitoskan oleh kalangan tertentu tapi yang umum adalah angka 13. Tidak hanya di Indonesia yang punya tradisi mistisme yang kental, melainkan juga di masyarakat barat, hal ini juga masih kuat diyakini.


Banyak cerita kenapa mitos angka khususnya angka 13. Bagi banyak kalangan menganggap angka ini adalah angka kesialan. Siapa yang menggunakannya akan mengalami kesialan. Dalam banyak cerita yang diyakini masyarakat barat bahwa Yesus meninggal pada tanggal 13 atau murid Yesus ke 13 melakukan penghinatan terhadap gurunya. Dalam peristiwa buruk di peradaban barat modern pun banyak (kebetulan) terjadi pada tanggal 13. Hal ini yang memperkuat keyakinan bahwa angka 13 mengandung makna yang tidak bagus.


Kendati demikian, banyak orang yang meyakini angka 13 sebagai angka magis dan keberuntungan, terutama bagi kelompok masyarakat yahudi. Dalam banyak simbol yang digunakan dalam masyarakat barat jika telusuri maka angka 13 sering digunakan, lambang negara Amerika misalnya, akan ditemui hal-hal yang berjumlah 13.


Terlepas dari alasan-alasan di atas, saya semakin yakin bahwa mistisme selalu memiliki ruang dalam kemanusiaan kita. Peradaban berganti, sisi ini (baca: mistisme) tidak akan hilang. Dia fitrah yang melekat. Masyarakat barat yang identik dengan paradigma ilmiah yang harus dapat dibuktikan secara empiris (kasat mata) akhirnya harus tunduk pada aturan mistisme yang sulit dirasionalkan. Harusnya, mistisme tidak mendapatkan ruang kebenaran dalam tradisi peradaban barat. Mistisme tidak kasat mata bersifat spiritual bahkan dongeng tidak dapat dibuktikan dengan metode ilmiah. Namun, faktanya dia tetap di percayai. Apalagi masyarakat timur yang memang akrab dengan hal-hal yang mitos (spiritual).


Tesis ini semakin memperjelas bahwa kebutuhan akan keber-Tuhan-an adalah naluriah. Semodern apapun cara berpikir dan pembangunan peradaban namun kebutuhan transendental (hal yang melampapui fisik/materi) memang diperlukan. Nomor-nomor hotel (angka 13) adalah contoh. Secara ilmiah, hal semaca ini tidak masuk akal tapi pada faktanya sangat sulit untuk mengingkari sisi kemanusiaan kita untuk meyakininya. Manusia tetap akan mengakui hal yang ghaib di luar rasionalitasnya.


                                                                  ***

Akhirnya pintu lift terbuka. Lantai 5. Kami sampai. Tapi, kami turun kembali ke lantai 2. Di sana ada Mushallah.


~Makassar, 16 Februari 2018


Komentar