"Makes" dan Artikel Terakhir di 2019

Esai saya dijadikan materi diskusi di MAKES dalam pertemuan terakhir di tahun 2019


Assalamualaikum wr.wb. Halo, lama tak jumpa. Saya tidak setia dengan komitmenku dulu bahwa saya akan rajin menulis di blog ini. Tapi tiba-tiba kesadaran itu muncul kembali, akhirnya saya berniat memulai lagi. Semoga Allah terus mengingatkan saya dan memberi saya kekuatan untuk tidak malas dan mewujudkan rencana saya. Aamiin.

Sengaja saya cantumkan gambar artikelnya karena bagi saya ini penting. Pentingnya adalah ini artikel terakhir yang didiskusikan oleh teman-teman “Makes” di tahun 2019. Kebetulan juga pertemuan (meeting) terakhirnya di penghujung 2019 yakni Selasa, 31 Desember. Saya sengaja menulis untuk meeting terakhir ini karena saya ingin menutup diskusi di komunitas ini dengan tulisan saya. Kan kedengaran keren begitue. hahaha.

Suasana belajar MAKES di Pelataran Masjid Al Markaz Makassar
Mungkin ada teman-teman yang bingung dengan “Makes”. Saya jelaskan. Makes (Al Markaz for Khudi Enlightening Studies) adalah organisasi belajar dan sosial yang berada di Kota Makassar. Salah satu program kerjanya yang juga merupakan program kerja menonjol dalam komunitas ini adalah belajar Bahasa Inggris bersama dengan gratis. 

Lebih spesifiknya adalah belajar dan meningkatkan kemampuan berbicara (speaking). Pesertanya pun bebas dan dari latar belakang apa saja. Bahkan pengurus dan anggota komunitas ini tak bosan-bosannya mengajak masyarakat luas untuk gabung. Semakin banyak, semakin senang. 

Untuk lokasinya yakni di pelataran (teras) Masjid Al Markaz Makassar dan pertemuannya setiap sore sekitar pukul 4:30 di hari selasa, kamis dan sabtu. Oh iya, di sini turis-turis seringkali datang bergabung. Alumninya juga sudah tersebar belajar di beberapa benua cuy. Silahkan kunjungi dan silahkan belajar.

Selain itu, sebagai tambahan,  ada satu lagi komunitas belajar Bahasa inggris yang saya ikuti yakni HEC (Hasanuddin English Community) yang lokasi belajarnya di pelataran Gedung Ipteks Universitas Hasanuddin, pas pinggir Danau Unhas. Lokasinya sangat strategis karena selain belajar, kita juga bisa menikmati angin sepoi-sepoi yang saling berhembus dari dan ke danau. Pemandangan danau Unhas juga sangat keren dan tidak membosankan.

Suasana belajar HEC di Pelataran Gedung Ipteks Universitas Hasanuddin. Disampingnya ada danau yang indah tapi kebetulan tidak tertangkap kamera.
Pohon-pohon dalam Unhas juga cukup rindang. Juga, atmosfir belajarnya cukup bagus, karena tempat ini cukup luas sehingga kita dapat bertemu dengan komunitas atau mahasiswa lain yang juga datang belajar. Pertemuan belajarnya setiap sore Rabu dan Jumat, pukul 4:30. Juga, silahkan kunjungin dan silahkan belajar. 

Hari belajar MAKES dan HEC tidak bertabrakan atau sengaja dibuat berbeda agar waktu belajar teman-teman bisa lebih banyak. Selain itu, rata-rata anggota MAKES adalah anggota HEC juga. Orang makassar bilang: mereka-merekaji juga. hehe.

Kembali ke masalah artikel. Salah satu motivasi saya menulis artikel selain berpartisipasi dalam jalannya program kerja yakni menyediakan essay sebagai bahan diskusi, saya juga belajar menulis dalam bahasa inggris. I want to increase my writing skill in English (kira-kira seperti itu.haha). Oleh karena itu sudah pasti tulisan saya masih banyak kekurangan terutama masalah tata Bahasa (grammar). 

Bahkan saya belum yakin kalau orang bule akan mengerti seutuhnya maksud yang saya tuangkan dalam artikel Bahasa inggris tersebut.

Pasalnya, orang yang sudah pernah kuliah di negara yang berbahasa inggris saja, masih sering berurusan dengan masalah ini (baca: grammar). Ada teman yang kuliah Master di Australia cerita pada saya. Awal mula dia mengerjakan tugas essay dari dosen di Kampus, dia harus bolak-balik hingga 8 kali ke International student office (Namanya demikian kalau tidak salah ingat). 

Yang dia lakukan adalah mengecek tata Bahasa essay yang telah dia buat. Meskipun dia sudah mendapat standar nilai Bahasa inggris yang cukup (minimal IELTS 6.5 dengan minimal band score 6), ternyata hal itu tidak cukup. Bahkan, kata dia, saat menulis tesis pun masih ada masalah grammarnya. Apalagi saya, Kan?

Terkait essay-essay yang pernah saya tulis, sebenarnya ada beberapa tapi belum dipajang di blog ini. Ini sudah saya rencanakan bahwa untuk mendokumentasikan tulisan-tulisan tersebut, saya harus menyimpannya di tempat yang aman dan gampang diakses. 

Nantinya mungkin mungkin saya sendiri akan tertawa terpingkal-pingkal membaca tulisan saya karena ada kesalahan-kesalah tata bahasa dan ide yang tidak singkron. Mungkin. Haha. Tapi karena malaslah sehingga rencana itu belum saya wujudkan tapi saya akan, Insya Allah.

Mungkin agar bisa dibaca dengan jelas, artikelnya bisa dibaca di bawah:

Resolution for New Year

By MarwanUpi

We are at the end of the year 2019 or in some hours to go we will be in 2020. This moment is always used by many people to reflect and to evaluate what activities they have done and then they make new plans to gain in the next year called resolution. Sometimes, some people consider that the resolution which is made at the end or the beginning of the year is not needed because they are able to do it in every single moment. On the other hand, plenty of people argue that resolution is a crucial thing to guide them to achieve their goals. Yet, this paper will only focus on the second argument especially what challenges of the resolutions are and how to achieve them.

Like doing other activities, people usually get problems that challenge them to fight for their resolutions, for instance, sometimes people feel hopeless when during doing their agendas they get many challenges. Moreover, people with less commitment will surrender for continuing to finish the resolutions. They also have no clear and realistic targets in short-term plans which make them just focus on their work without determining what targets they should get in specific timelines. Hence, at the end of the year, when they want to see what they have done, they seem to do nothing.

Furthermore, to be successful in the resolutions, people must solve the challenges above and make accurate strategies. First, determining the priority agenda to reach is important. By knowing the priority, people can focus on it so that they can do all their best efforts without any distractions from the other agenda. Second, concrete targets should be made in some short-term plans like determining monthly agendas and even dividing them into weekly agendas with specific targets. For example, those, who want to write a book, have to divide targets into some months that every single month, they will complete any chapter of the book. Third, to make the resolutions easier to gain, they should find a supportive environment by joining into a writer community so that they can support one another. The last, without action, all great strategies and plans will be nothing if they do not do them.

In conclusion, people will always face challenges in gaining their goals. If they surrender with the problems, they will fail. Besides solving the challenges, they must create strategies for achieving the resolutions.      

~Makassar, 31 December 2019


Komentar