LAPAK GEMBIRA: Sebuah Gelombang Literasi, Kearifan Lokal dan Ekonomi dari Bahari untuk Kita Semua

Mungkin judul di atas terkesan “garang”. Tapi mari coba kita uraikan pelan-pelan. Silahkan seduh kopi/teh/susu dan pisang gorengnya. Jangan tegang. Hehe. Seperti dalam pamphlet (publikasi) yang beredar sebelum kegiatan ini dan mungkin masih bertengger di postingan-postingan media sosial. Bahwa kegiatan ini diselenggarakan di Alun-Alun Bahari (Pasar Lama) sabtu (11/07) tepat usai shalat ashar hingga pukul 23:00, oleh organisasi (dan komunitas) yakni Karang Taruna Bahari Jaya (kelurahan bahari), Taman Baca Antopulu (TBA) Tomia, Zona Literasi dan Hengge Gallery. Empat organisasi ini bermarkas di Kelurahan Bahari. Kegiatan ini mengangkat tema “Lapak Gembira” dengan item-item kegiatan: baca-baca buku, diskusi buku, tula-tula, nyanyi lagu daerah, puisi, tari-tarian, nonton film dokumenter salah satu tokoh Tomia, jajanan aneka makanan minuman (kuliner) dari industri UMKM (usaha mikro kecil menengah) meskipun skalanya masih kecil serta berbagai kegiatan menarik lain. Banyak Pujian Jelas terlihat bahwa kegiatan ini sukses menggabungkan beberapa gerakan yakni literasi, kearifan lokal (budaya) dan ekonomi. Tidak heran banyak yang mengapresiasi kegiatan ini terutama masyarakat terutama lagi masyarakat Bahari, tempat kegiatan ini berlangsung.
Misalnya, mereka ingin kegiatan ini diselenggarakan bulanan karna menurut mereka, kegiatan ini bermanfaat dan hal yang baru di Kelurahan Bahari dan bahkan Tomia. Ada juga yang mengatakan kegiatan ini bisa mengalihkan aktivitas anak-anak yang kecanduan bermain game online. Komentar lain juga mengatakan “Lapak Gembira” ini menciptakan ruang-ruang kreativitas bagi anak-anak dan muda mudi yang ingin mengekspresikan bakatnya. “Biasanya, kalau ada acara joget di bahari selalu tidak rame tapi dengan kegiatan berfaedah seperti ini, Bahari jadi rame. Kami bersyukur sekali” komentar lain dari pengunjung. Bagaimana tidak, kegiatan “Baca-Baca Buku” oleh TBA Tomia misalnya, membuat orang yang tadinya tidak tau aktivitas apa yang ingin dilakukan bahkan berpotensi melakukan kegiatan yang bertentangan dengan norma sosial, akhirnya singgah untuk membaca dan meminjam. Atau anak-anak yang tadinya bermain game online, akhirnya menanggalkan itu untuk bertandang untuk membaca-baca buku. Mereka juga terpicu untuk terlibat dan diskusi buku yang kebetulan ada 2 (dua) judul buku yang di review malam itu. Zona literasi misalnya, ber”tula-tula” tentang cerita-cerita rakyat dan menghadirkan tarian-tarian anak-anak sekolah. Karang Taruna Bahari tentunya melakukan semua item-item dalam kegiatan ini. Juga, Hengge Galery menghadirkan karya lukisan dan potret serta produk-produk kerajinan tangan yang dijualnya kepada pengunjung. Tentunya semua komunitas/organisasi ini terlibat aktif dalam semua kegiatan, tanpa kecuali.
Dari kegiatan tersebut kami ingin menyiarkan kepada publik masyarakat Tomia khususnya, Wakatobi umumnya dan terutama kepada seluruh masyarakat Tomia di berbagai pelosok perantauan bahwa masih ada pemuda-pemuda Tomia yang masih peduli terhadap kampung halamannya, meski arus globalisasi yang begitu kuat telah mebuat kearifan lokal dan nilai-nilai ke-
Tomia-an kita secara perlahan terlupakan.
Nol Dana
Mungkin banyak yang berpikir membuat kegitan-kegiatan seperti ini harus menguras banyak dana. Kegiatan “Lapak Gembira” ini terbukti menghapus pikiran-pikiran seperti itu. Dengan semangat “Ara No Assamo Na Hada Bisa Te Kabumbu No Dette” maka kami bahu membahu sehingga kegiatan ini terselenggara tanpa mengeluarkan uang sepeser pun atau Nol Dana. Semua anggota menyediakan apa yang mereka punya secara suka rela. Rumah di sekitar Alun-Alun Bahari memberikan listrik dan penerangan secara gratis. Ada kebersamaan yang begitu terasa dalam kegiatan itu. Sungguh indah.
Gerakan Ekonomi Ada satu hal yang menggelitik dari acara itu yakni komentar dari seorang ibu rumah tangga yang hadir menyaksikan kegiatan itu. “Kalau bisa ada pasar tiap malam di tempat ini (Alun-Alun Bahari)”. Apa yang dikatakan oleh Ibu tersebut sesuai dengan proyeksi saya tentang Kelurahan Bahari, Kec. Tomia Timur. Salah satu tujuan kegiatan ini (baca: Lapak Gembira) untuk memicu terciptanya sentra ekonomi baru di Tomia khususnya di Usuku sebagai kawasan berpenduduk terbanyak di Tomia. Bahari ingin kami jadikan sebagai sentra ekonomi baru. Kami melihat, khususnya di Usuku, tidak ada tempat tongkrongan malam hari yang memfasilitasi pertemuan banyak UMKM khususnya yang bergerak di industri makanan dan minuman (kuliner dan cemilan) serta para konsumer yang ingin mengisi waktu santai dan luangnya di malam hari. Padahal perputaran uang di kawasan ini (baca: Usuku) sangat besar. Kita butuh tempat tongrongan (public space) untuk berkumpul dan bersosialisasi. Tujuannya agar ikatan sosial dalam falsafah “Po Asa-Asa Po Hamba-Hamba” tidak luntur di makan zaman di tengah masyarakat yang semakin jarang berjumpa karena hubungan-hubungan sosial serba online.
Tempat berkumpul (public space) ini akan semakin baik lagi jika adanya ibu-ibu, bapak-bapak atau muda mudi yang menjajakan produk makanan dan minumannya di tempat itu. Penghasilan rumah tangga mereka (income) akan terbantukan. Dengan kata lain, ikatan emosional dapat, manfaat ekonomi juga dapat. Kami punya indikator dan sebab-sebab kenapa sentra ekonomi baru ini cukup berpotensi. Selain yang telah saya paparkan di atas, indikator lain adalah ludes terjualnya makanan dan minuman pada kegiatan itu (baca: Lapak Gembira). Sementara pada saat yang sama, banyak konsumer yang masih ingin menikmati jajanan makanan dan minuman malam itu. Penjual di sekitar juga mengalami peningkatan omzet yang signifikan. Kami ingin katakan bahwa “Lapak Gembira” yang kami adakan saat itu secara langsung telah membantu perekonomian masyarakat sekitar.
Mengakhiri tulisan ini saya ingin mengutip pernyataan salah satu peserta yang hadir. “Kegiatan ini telah menciptakan gelombang positif untuk pembangunan literasi, kebudayaan dan ekonomi di masyarakat Tomia dan akan memicu kegiatan-kegiatan lain” Semoga ada gelombang-gelombang lain lagi. Terutama lagi, ini adalah pekerjaan rumah bagi teman-teman dari empat komunitas ini. Kami juga menyadari kegiatan kami jauh dari sempurnah. Maaf. ~Antopulu - Bahari, 13 Juli 2020.

Komentar