Saling Menjadi Tetangga yang Baik

siput-siput pemberian tetangga

Pagi belum terlalu lama. Saya mulai rutinitas dengan meminum kopi di pintu rumah belakang. Baru berapa kali saya menyeruput, seorang ibu tetangga rumah datang dengan membawa sesuatu. Ada siput laut yang semalam di ambil oleh suaminya saat melaut. 

Jika dijual harganya lumayan. Apalagi jika dijual di kota, makanan ini cukup merongoh kantung cukup dalam. Biasanya di kota makanan ini tergolong “elite” dan hanya orang-orang yang berpunyalah yang bisa membelinya. 

Si ibu tidak datang untuk menjual. Melainkan untuk diberikan kepada kami. Padahal keluarganya juga masih membutuhkan uang untuk mengepulkan asap dapurnya. Tapi ternyata ia lebih suka memberi dibanding menjualnya.

Saya cukup terharu dengan pemberian ini. Di saat kesulitan ekonomi terlebih karena pandemi Covid 19 yang telah menghambat aktivitas ekonomi, si ibu justru lebih mengedepankan persaudaraan dari pada menjualnya.

Di kampung saya memang tradisi ini bukanlah hal yang baru. Telah lama saling beri memberi dilakukan oleh orang-orang di sini. Tapi itu dulu. Kebiasan ini secara perlahan mulai ditinggalkan bahkan sudah jarang ditemukan. 

Dahulu jika tetangga pulang dari mencari ikan misalnya, hasil tangkapannya akan dibagi ke tetangga-tetangga. Sekali lagi, mereka butuh uang tapi ternyata ada yang lebih berharga dari uang yakni persaudaraan.

Tidak dapat dimungkiri, sulitnya dan tingginya persaingan ekonomi telah memaksa banyak orang di kampungku, sadar atau tidak, telah menanggalkan secara perlahan kebiasan saling memberi tadi. Uang sudah menjadi prioritaas. Mereka butuh uang untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Belum lagi untuk keperluan pendidikan anak atau kebutuhan-kebutuhan lainnya yang kian hari kian bertambah bahkan kian mahal.

Tapi ada hal yang saya ingin tekankan di sini. Atau ada pertanyaan penting: Kenapa tetangga memberi siput-siput tersebut? atau kenapa mereka baik pada kita? kenapa siput tadi tidak dijual saja? Tentunya tidak ada asap kalau tidak ada api. 

Hal baik yang kita lakukan akan kembali ke diri kita lagi, meski bentuknya tidak harus sama persisi. Seperti kata pepatah: menanam benih menuai hasil. Atau menabur angin, menuai badai. Setidaknya pepatah ini bisa menjawab pertanyaan di atas.

Bukannya saya atau kami orang baik sekali tanpa ada kelemahan. Ini hanya contoh saja bahwa kebaikan akan dibalas dengan kebaikan.

Pisang hasil kebun nenek. Sebagian dari ini diberi ke tetangga

Semoga ini bukan riya. Ibuku berkata pada saya bahwa kami juga sering memberinya sesuatu. Wajar ada balas membalas dalam kebaikan. Tentunya apa yang kami dan Ibu tetangga tadi lakukan di dasari bukan atas balas jasa, melainkan atas dasar kasih sayang (kemanusiaan). Seperti hadits Rasulullah Muhammad SAW yang kurang lebih (wallahu alam): 

“Cara menumbuhkan kasih sayang adalah dengan saling memberi hadiah”

Saya kira hadits tersebut sangatlah benar. Hal ini yang harus dilakukan dan terus didorong oleh orang terutama di kampung saya untuk menumbuhkan persaudaraan. Memberikan sesuatu yang kita miliki meski harganya murah tapi ada “persaudaraan” yang abadi yang terkandung dalam pemberian. Persaudaraan inilah yang membuat barang (pemberiaan) itu menjadi mahal melebihi harga jual barang tersebut.

Mungkin inilah hal kecil yang perlu kita lakukan. Dalam skop yang lebih kecil, bisa kita mulai dari anggota keluarga dekat maupun jauh. Tentunya tetangga juga dimana mereka setiap hari berinteraksi dengan kita. Atau siapapun. Untuk tetangga (selain keluarga) yang setiap hari hidup bersosial bersama hal ini sangat penting dilakukan. 

Ada perkataan orang bijak yang menurut saya sangat indah.

“Jika tetanggamu meninggalkan rumahnya atau bepergian, kemudian mereka menitip pesan untuk menjaga rumahnya. Itu artinya kamu ada tetangga yang baik”

Tentunya untuk mewujudkan itu, butuh penumbuhan persaudaraan yang kuat antara kita dengan tetangga. Jika sudah demikian, maka kita adalah tetangga yang berhasil.

***
Saat pulang dari shalat zuhur tadi, ibu baru saja selesai mengolah siput-siput tadi untuk disantap. Saya pun memaknnnya dengan lahap. Usai makan siang, Ibu menyuruh saya untuk memberi sesisir pisang hasil kebun nenek kepada tetangga. Mereka sangat senang. Kami pun senang. Gimana? Sudah jadi tetangga yang baik? Sudah kasih apa ke tetanggamu? 

~Tomia, 14 zuhijjah 1441 H/ 4 Agustus 2020

Komentar

  1. Saya mau mengucapkan terimakasih yg tidak terhingga
    Serta penghargaan & rasa kagum yg setinggi-tingginya
    kepada KYAI ABDUL IMRON saya sudah kerja sebagai TKI
    selama 5 tahun Disingapura dengan gaji Rp 3.5jt/bln
    Tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
    Apalagi setiap bulan Harus mengirimi Ortu di indon
    Saya mengetahui situs KYAI ABDUL IMRON sebenarnya sdh lama
    dan jg nama besar Beliau
    tapi saya termasuk orang yg tidak terlalu yakin
    dengan hal gaib. Karna terdesak masalah ekonomi
    apalagi di negri orang akhirnya saya coba tlp beliau
    Saya bilang saya terlantar disingapur
    tidak ada ongkos pulang.
    dan KYAI ABDUL IMRON menjelaskan persaratanya.
    setelah saya kirim biaya ritualnya.
    beliau menyuruh saya untuk menunggu
    sekitar 3jam. dan pas waktu yg di janjikan beliau menghubungi
    dan memberikan no.togel mulanya saya ragu2
    apa mungkin angka ini akan jp. tapi hanya inilah jlnnya.
    dengan penuh pengharapan saya BET 200 lembar
    gaji bulan ini. dan saya benar2 tidak percaya & hampir pingsan
    angka yg diberikan ternyata benar2 Jackpot….!!!
    dapat BLT 500jt, sekali lagi terima kasih banyak KYAI
    sudah kapok kerja jadi TKI, rencana minggu depan mau pulang
    Buat KYAI,saya tidak akan lupa bantuan & budi baik KYAI.
    Demikian kisah nyata dari saya tanpa rekayasa.
    Buat Saudaraku yg mau mendapat modal dengan cepat

    ~~~Hub;KYAI ABDUL IMRON~~~

    Call: 082316749155

    WhatsApp: +6282316749155

    Yang Punya Room Trimakasih

    BalasHapus

Posting Komentar