Tokoh dan Topeng

Terus terang perasaan apatis saya terhadap politik berada pada level tinggi. Apatis dalam hal tidak ingin lagi menonton, mendengar dan membaca apapun tentang politik di Indonesia. Hal-hal yang ideal yang harus terjadi, tapi tidak terjadi. Malah diplintir oleh kekuasaan. 

Kekuasaan bisa didefinisikan dalam banyak hal. Tidak hanya kekuasaan politik. Melainkan juga kekuasaan ekonomi, media dan lain sebagainya. Bersatunya semua kekuasaan-kekuasaan ini, bisa dikatakan semua selesai. Tidak ada lawan. Mampus hadapi mereka. Kendati demikian, tidak berarti tidak bisa dikalahkan. 

Dalam agama saya: islam, kekuasaan-kekuasaan tersebut hanya makhluk kecil yang kalah dengan kekuasaan Allah. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Allah Maha Besar. Jadi minta padaNya saja.

Kendati demikian saya juga butuh dan terkadang membaca berita untuk tau apa yang sedang terjadi. Sayangnya, berita yang saya dari kemarin adalah berita yang memuakan bagi saya. Kalau kata kawanku: “bangsat”.  Berita tentang seorang tokoh agama yang diagung-agungkan oleh kekuasaan, mendapat lebih dari satu jatah jabatan dari penguasa politik. Gajinya bukan main-main, yah, lumayan besar lah. Ini hal biasa dalam transaksi politik. Tidak ada makan siang yang gratis.

Hal ini yang memuakan bagi saya. Selama ini si fulan (sebutan untuk tidak menyebut namanya karena nanti membicarakan aib) memang menggunakan simbol-simbol agama yang melekat pada dirinya. Saya lihat, agama dipakai jadi topeng. Banyak yang tertipu. Akhirnya pengikutnya banyak. Cinta fanatik padanya. 

Dia disanjung sebagi tokoh yang baik dalam ukuran negara dan tentunya baik bagi kekuasaan. Yang terakhir inilah bagi saya menjadi alasan kenapa mendapat jabatan ekonomi dan politik dengan gaji yang “wow” itu. 

Dengan topeng agama, dia memihak pada penguasa untuk melawan  rival politik kekuasaan. Dia sering menganjurkan orang lain untuk tidak menggunakan agama untuk kepentingan politik. Tidak hanya itu, dia juga sering menuduh orang lain mempolitisasi agama. Padahal, yang dia lakukan justru menggunakan agama sehingga mendapat jabatan tadi.

Terus terang, saya sedih melihat ini. Realitas semacam ini terjadi bukan hanya pada seorang tokoh. Banyak tokoh-tokoh lain. Memang benar, dunia ini penuh topeng-topeng. Banyak yang tertipu karena hanya melihat topeng-topeng tersebut. Saya pun memilliki topeng. 

Memang benar, pengadilan Allah adalah sebaik-baiknya pengadilan. Tidak ada yang sembunyi dan bisa disembunyikan. Allah Maha Adil. Semoga Allah mengampuni dosa diri ini dan kita semua. Aamiin. 

~Baubau, 4 Maret 2021
 

Komentar