Harapan kami di kampung tentang kapal laut



Sabuk Nusantara 44

Saya teringat apa yang dikatakan oleh orang-orang satu kampungku dulu, termasuk saya sendiri juga yang mengatakannya. Bahwa seandainya ada kapal Pelni yang memiliki rute perjalanan dari Tomia ke Kota Bau-bau atau sebaliknya, maka orang-orang akan rajin berlayar menggunakannya. 

Dikatakan seperti itu karena saat itu cukup sulitnya berangkat menggunakan kapal kayu yang dipakai selama ini oleh orang Tomia (kampungku). Bau-bau juga saat itu dan sampai sekarang merupakan tujuan penting orang-orang di kampungku. Dulu kita masih menggunakan kapal kayu dengan fasilitas seadanya. Kalau kita naik ke kapal, maka kita ke tempat tidur dan menunggu sampai kapal tiba di tujuan. Ruang gerak kita hanya sedikit. Palingan hanya ke anjungan kapal atau di dek atas. Dan jenis kapal ini sebenarnya masih ada sampai sekarang.

Kita kembali ke pernyataan dan harapan orang-orang Tomia tadi. Akhirnya doa mereka terijabah oleh Allah. Alhamdulillah. Sekarang telah ada kapal yang cukup besar sejenis Pelni, meskipun bukan Pelni. Tapi konon perusahaan kapal tersebut bekerja sama dengan pelni  untuk menangani pelayan ke pulau atau daerah yang “terpencil”. Mungkin kampungku masuk dalam kategori tersebut.

suasana di atas di dek paling atas, di luar.

Jenis kapal itu lebih populer disebut oleh masyarakat Tomia sebagai “sabuk” sebagai kepanjangan dari sabuk nusantara. Frase sabuk nusantara sebenarnya mengacu pada program pemerintah Pak Jokowi yang katanya ingin membangun tol laut dengan menghubungkan seluruh wilayah Indonesia dengan transportasi. Nantinya akan mempermudah masyarakat bergerak kesana kemari. 

Dalam teori ekonominya, semakin terjadi pergerakan manusia maka uang juga akan bergerak. Uang bergerak akan memperlancar ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan. Meskipun teori ini juga banyak dikritik, karena tidak selamanya berlaku, bahkan terjadi sebaliknya yakni terjadi ketimpangan dan kemiskinan ekonomi.

bersiap sandar di pelabuhan Murhum bau-bau

Untuk program Jokowi juga saya tidak apresiasi seluruhnya. Karena kapal-kapal di atas sebenarnya sudah berlayar di beberapa wilayah “terpencil” di Indonesia, hanya saja kampungku belum terjamah. Artinya ini bukan program baru, tapi program yang sudah ada sebelumnya. Hanya saja rute pelayarannya barusan melewati kampungku. Yah, jadi tidak terlalu ‘wow’ juga sih, tapi saya bersyukur dan berterima kasih ke Jokowi dan wakilnya karena sudah memperhatikan kampung halamanku.

Jadi ceritanya, beberapa hari yang lalu saya menggunakan kapal sabuk dari kampungku ke kota bau-bau. Cukup seru menaiki kapal ini. Kapalnya cukup luas sehingga saya bisa bermanuver ke banyak tempat. Menikmati perjalanan laut. Membawa makanan dari rumah dan duduk melantai di dek paling atas sembari menyantapnya. Aroma laut dan pemandangan laut semakin memperindah suasana. Apalagi saya melakukannya bersama istri. “Kita ini seperti sedang piknik. Menikmati perjalanan. Berlayar dengan kapal ini Alhamdulillah bagus sekali” tuturnya.

~Bau-bau, 4 Juni 2021

Komentar