Hujan dan CLBK

bocah yang sedang bermain di bawah hujan. ada seorang lagi tapi tidak sempat tertangkap kamera

Hujan. Cucianku tidak segera kering. Padahal awalnya saya optimis akan segera kering karena matahari tampak terik. Entah kenapa tiba-tiba cuaca berubah drastis. Awan tiba-tiba berkerumun di langit dan menutupi mentari. Sinarnya pun terhalangi untuk sampai di bumi. Cucianku yang sedari tadi bersedia menerima teriknya, akhirnya tampak lunglai. 

Saya seketika teringat Voldemort dalam serial film Harry Potter. Tokoh jahat yang merupakan musuh Potter ini biasanya kalau datang maka langit akan seketika mendung. Aura gelap dan menakutkan akan menyelimuti bumi. Potter segera waspada. Demikian juga kawan-kawannya seperti Ron dan Harmoni (maaf kalau penulisan nama dan gelar tidak sesuai. Undangan? Wkwk). Kira-kira seperti itu suasananya, meskipun tidak sama persis dengan kedatangan Voldemort. Wkwkwk

Saat awan gelap itu mulai tampak, keraguan datang menghampiriku. Kakiku enggan menuju jemuran untuk mengangkat pakaian yang belum lama tergantung. Ada kalimat yang bertandang dalam pikiranku: “Palingan hujannya sebentar. Itu hanya awan yang kebetulan lewat saja”. 

Kalimat tersebut bak rem mendadak bagi motor yang barusan tancap gas. Saya ikuti kalimat ini. Tapi lama kelamaan kalimat itu perlahan pudar. Kata demi kata lenyap beriringan dengan anak panah hujan yang semakin menyerbu bumi. Tidak ada yang bisa lolos dari serbuannya kecuali bagi mereka yang mencari tempat berteduh seperti payung teduh (ini bukan lagu ya. Haha).

Sepertinya voldemort benar-benar akan datang. Saya harus segera mengungsikan pakaian yang barusan bersentuhan dengan terik mentari ini. Benar saja, setelah berhasil saya ungsikan, anak-anak panah hujan semakin mengamuk menghantam bumi. Saya tidak berani menantangnya. Denting dan tariannya di atas genteng semakin bersahutan. “Tik-tik bunyi hujan di atas genting. Airnya turun tiada terkira…. La.. la….” Ini lagu anak-anak dulu.

Untung saya segera menyelamatkan pakaian-pakaian ini. Apalagi sudah sedikit kering. Paling tidak air yang menempel pada pakaian tidak menetes lagi. Jadi aman untuk digantung dalam rumah.

Di luar rumah saya dengan keriuhan suara. Ternyata ada dua bocah yang sedang asik bermain hujan. Keduanya menantang kedatangan voldemort. Voldemort tidak dianggap sebagai sesuatu yang membahayakan. 

Mereka mengalahkan Potter yang dihantui oleh Voldemort atau teman-temannya di sekolah sihir Hogwarts itu. Mereka asyik bermain. Kaki-kaki kecil mereka menari di atas muka tanah menyambut dan menikmati hujan. Mereka begitu bahagia seperti para petani yang merindukan hujan bertahun-tahun untuk keluar dari musim paceklik.

Saya dulu pernah seperti mereka. Bahkan sekarang ingin seperti mereka. Saya suka hujan. Bermain di bawah teriknya hujan adalah sesuatu yang punya fantasi tersendiri. Apalagi jika dilakukan bersama teman-teman. Sering juga ayah, ibu, tante, paman, nenek dan kakek serta orang dewasa lain melarang untuk bermain hujan jika kondisi tidak memungkinkan. Entah kenapa saya juga sering mengabaikan larangan mereka, seingatku seperti itu.

Setelah beberapa jam air langit menjumpai bumi, dia redah juga. Saya harus segera mengembalikan pakaian-pakaian agar berhadap-hadapan dengan mentari. Jika tidak bersentuhan langsung, paling tidak hawa panasnya masih terasa. Ini agar terjadi CLBK, cucian lama baru kering, bukan cinta lama baru kembali.

~Bau-bau, 19 Juni 2021

Komentar