Cerita hari kedua ramadhan; membantu si ibu

Kapal Sabuk Nusantara 44

Kapal baru saja sandar di Pelabuhan Murhum Kota Baubau. Saya pun terbangun dari tidur pagi sejak pukul 6 lebih 13 menit. Kira-kira sejam kemudian dari waktu tidurku, kapal tiba di pelabuhan. Siap-siapnya orang lah yang membangunkanku di hari kedua puasa itu. Saya yang hendak ingin melanjutkan tidur terpaksa harus bangun. Pasalnya, orang-orang mulai antri untuk turun dari kapal. 

Oh iya, kapal itu adalah kapal sabuk nusantara 44 yang tertulis “Tol Laut” di badan kapalnya. Tulisannya cukup besar. Tidak lain dan tidak bukan tulisan itu merupakan salah satu tagline dari kampanye calon presiden yang menjadi presiden sekarang, Jokowi. 

Perlu diapresiasi karena keberadaan kapal itu adalah perwujudan dari janji kampanyenya tersebut. Dan cukup memberikan faedah bagi orang-orang yang tinggal di pulau-pulau kecil seperti kami. Semoga saja keberadaannya tidak berhenti. Sekali lagi saya perlu apresiasi meskipun dalam banyak hal, saya tidak setuju dengan presiden ini.

Saya pun ikut mengemas seluruh barang yang terbawa dalam kapal ini. Tas yang berisi pakaian dan senjata utama saya: leptop, saya bereskan. Kemudian, kantung kain yang berisi rantang makanan dan perbekalan lain yang dibutuhkan yang disiapkan oleh istriku. Yah, kali ini saya berangkat sendiri; istri berada di kampung halaman.

Saya menuruni tangga kapal bersama penumpang lain. Tibalah saya di permukaan pelabuhan yang dikelilingi air laut yang tenah nan indah. Untuk mencapai parkiran dimana banyak jasa transportasi ojek ditawarkan, kami harus berjalan kaki kalau tidak salah sekitar 200 sampai 300 meter. Cukup jauh. Saya berjalan santai apalagi barang bawaan saya tidak berat. 

Di samping kiri di depan saya, ada seorang ibu yang usianya mendekati senja atau mungkin sudah senja. Dia begitu syulit eh sulit membawa barangnya yang berat. Saya berinisiatif menawarkan bantuan dan Alhamdulillah dia bersedia dibantu.

Saya ajak dia bercerita dan menanyakan tujuannya ke mana. Dia ternyata akan ke Sumatera tepatnya di belitung (samakah dengan bangka belitung? entahlah). Masalahnya, dia kebingungan di mana dia harus membeli tiket dan persoalan administrasi bandara lainnya. 

Makanya dia minta tolong pada saya untuk membantunya membeli tiket di agen penjualan tiket. Bahkan kalau bisa dicarikan orang yang akan menuju tujuan yang sama atau minimal melewati beberapa bandara transit yakni Makassar dan Jakarta sehingga orang tersebut bisa membantunya. Membantunya dalam hal bagaimana proses pindah pesawat dan hal lain yang terkait. 

Waduh,,,, kok bisa berangkat sendiri tanpa perencanaan lagi? Saya saja yang sering bepergian, selalu memiliki perencanaan, misalnya transportasi apa yang akan saya gunakan, makan apa jika belum sampai di tujuan, menginap dimana dan hal-hal lain yang dianggap perlu. Nah, ini tidak ada sama sekali.

Tidak ada yang kebetulan di dunia  ini. Kebetulan hanyalah konsep manusia. Tapi bagi Allah semua sudah dalam rencana dan takdirnya. Saat mendengar keluhannya, hati saya terbesit: “Allah titipkan ke kamu untuk menolongnya”. Apalagi ini bulan puasa, bulan penuh keberkahan dimana kita disuruh untuk memperbanyak ibadah dan pahala pun dilipatgandakan.

Kami mencari-cari beberapa agen penjualan tiket tapi rata-rata masih tutup karena jam kerja belum dimulai.  Ada juga agen penjualan tiket yang sudah buka tetapi hanya fokus pada penjualan tiket kapal laut sedangkan pesawat tidak tersedia. 

Dengan barang bawaan yang cukup berat sembari berjalan kaki, saya teringat ada satu agen penjualan tiket, yang merangkap tidak hanya menjual tiket kapal tetapi juga tidak pesawat. Kami kesitu. Sayangnya, pintunya masih tertutup karena lagi-lagi jam kerja belum dimulai. 

Apalagi moment ini adalah bulan ramadhan. Banyak pola hidup manusia berubah. Jika sebelumnya jarang bahkan tidak pernah bangun untuk makan di subuh hari, kini harus bangun makan sahur untuk berpuasa. Dan setelahnya, banyak orang yang makan sahur tersebut melanjutkan tidur malamnya usai sahur dan shalat shubuh.

Alhamdulillah, untunglah ada seorang bapak yang bertandang ke agen penjualan tiket dimana kami sedang duduk di depannya. Si bapak yang berpakaian batik dan celana kain ingin membeli tiket juga tapi tiket kapal laut. Dia ingin ke Makassar, setelah saya bertanya padanya. Seperti dia akan melakukan perjalanan dinas. Pasalnya, dari tampilannya dia adalah seorang pegawai pemerintah. 

Sembari menunggu terbukanya pintu kantor agen penjualan tiket, saya dan si bapak saling bercakap. Disitulah awal mula saya tahu bahwa dia akan ke Makassar walaupun saya tidak bertanya perihal tujuannya di Makassar untuk apa. Di situ juga, saya ceritakan tentang kenapa kami ada di depan kantor agen penjualan tiket tersebut.

Si bapak langsung iba. Dia menyarankan dan memberikan alamat agen penjualan tiket pesawat yang sudah memulai jam kerjanya alias kantornya sudah terbuka. Tidak hanya sampai di situ, dia juga membantu si ibu tadi. Dia mengantarnya sembari mengangkut beberapa barang yang bisa diletakan di atas motornya. Benar-benar baik.

Sementara itu, saya berjalan kaki menuju alamat yang dituju karena jaraknya cukup dekat. Sampai ditujuan, si bapak berbisik pada saya: “Saya minta tolong. Tolong bantu urusan ibu ini sampai selesai”. Dia sangat iba pada ibu ini dan tidak tega membiarkannya sendiri. Sayangnya, dia tidak punya waktu yang lama untuk membantu karena dia tampak ada urusan lain yang sudah direncanakan dan sulit untuk ditinggalkan.

To make the story short, si ibu akhirnya memutuskan untuk membeli tiket untuk keberangkatan esok harinya karena tiket untuk hari itu sudah ludes. Tiket kapal laut juga sudah habis. Tiket kapal yang tersedia sekitar delapan hari lagi. Masalah yang muncul adalah dia harus menginap semalam. Dia memutuskan untuk menginap di tempat yang dia pilih. Transportasi ke bandara juga sudah dipastikan dan tinggal menunggu saja dijemput pada jam yang disepakati.

Dengan ojek, dia menuju alamat tempat menginapnya dan saya pun juga pamit untuk pergi. Si bapak tadi juga sudah duluan pergi karena urusan lain.

Melalui kisah pendek ini, saya hanya ingin sampaikan bahwa tidak ada peristiwa yang hadir begitu saja secara “kebetulan” (kebetulan dalam definisi umum manusia). Jika kita bertemu dengan orang yang menggugah hati kita untuk membantu, mungkin itu kode dari Allah untuk kita. Allah menitipkannya ke kita. 

Ini hanya cerita pendek di hari ke dua ramadhan. Siapa tau ada hikmah atau pelajaran yang bisa diambil dan dipakai. Tentunya sering dalam proses dan selesai membantu orang ada pergolakan antara ikhlas dan tidak ikhlas. Saya kira ini manusiawi. Di sinilah perjuangan/jihad. Allah memberikan kita fasilitas “istigfar” jika tiba-tiba ada rasa tidak ikhlas, riya dan sifat buruk lainnya yang muncul. Allah Maha Baik.

Bau-bau, ditulis pada 4 ramadhan 1444 H, bertepatan dengan 26 Maret 2023
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Komentar