Sedikit Tentang Gerak Jalan Indah dan 17-an

Gerak jalan indah di Kota Bau-bau (dokumen pribadi)

Beberapa hari ini di Kota Bau-bau ada gerak jalan indah. Kegiatan ini sama seperti banyak daerah di Indonesia yakni untuk memperingati hari kemerdekaan Indonesia. Tiap tahun kegiatan ini diadakan.
Dibandingkan dengan di daerah saya (kampung halaman), gerak jalan di kota ini memiliki peserta yang lebih banyak. Saking banyaknya, gerak jalannya diadakan dari pagi sampai magrib. Selain itu, kegiatannya juga dilaksanakan selama tiga hari berturut-turut.

Salah satu konsekuensi dari kegiatan ini adalah aktivitas lalu lintas di jalan raya menjadi terhambat karena banyaknya jalan yang digunakan oleh peserta gerak jalan. Orang-orang tidak protes. Selain karena kegiatannya rutin dilakukan apalagi untuk memperingati hari kemerdekaan Indonesia yang susah payah diperoleh, juga karena kegiatan ini telah menjadi hiburan masyarakat. 

Banyak orang yang menyaksikan. Ada yang langsung menontonya di jalan-jalan yang dilewati oleh barisan gerak jalan. Ada juga yang menontonnya secara tidak langsung yaitu lewat siaran langsung melalui saluran televisi lokal. Untuk yang terakhir ini, ibuku yang melakukannya. Saya menonton dengan dua cara tersebut: langsung dan tidak langsung.

Panas terik matahari tidak membuat peserta gerak jalan patah semangat. Justru semakin berkobar. Ada keseruan. Saya katakan demikian, karena selain menjadi penonton, saya juga pernah dan sering menjadi peserta gerak jalan indah ini (tahun ini tidak, hehehe). Walaupun harus berpanas-panasan di siang hari yang menyengat, kami tetap melakukannya. Ini tidak sebanding dengan perjuangan nenek moyang atau pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dulu.

Variasi barisan gerak jalan indah utusan Desa Wawotimu/Lagole 

Tentang bagaimana penjajah dulu menjajah nenek moyang kita dicontohkan oleh salah satu peserta gerak jalan di kampung halamanku. Dalam variasi barisannya, mereka begitu totalitas mengadegankan penjajah sedang menjajah para pahlawan dulu. Mereka berpakaian ala penjajah dan masyarakat nusantara yang dijajah. Agar lebih mantap lagi, mereka menggunakan perlengkapan serta atribut yang sesuai dengan keadaan saat itu.

Bau-bau, 17 Agustus 2023

Komentar