Sedikit tentang Saya Si Scholarship Hunter


Beberapa hari ini saya sangat bersyukur. Bersyukur karena mendapat kabar bahwa dua temanku akan
segera berangkat ke luar negeri. Mereka adalah dua diantara teman-temanku yang berjuang memperoleh beasiswa untuk melanjutkan kuliah di luar negeri. Mereka dan saya adalah para scholarship hunters (pemburu beasiswa). Dua temanku tersebut akan menyusul teman lain yang sementara belajar dan bahkan ada juga yang sudah pulang dari luar negeri. Dua temanku yang akan berangkat ini akan belajar di Australia dan satu lagi di China. Sebenarnya, dua orang ini sebelumnya sudah pernah melalang buana ke China dan Amerika untuk studi non-gelar dengan beasiswa juga.

Saya tahu betul perjuangan mereka memperoleh beasiswa. Mereka pun tahu perjuanganku. Haha. Saya juga berkali-kali mendaftar beasiswa. Saya berjuang dari awal, terutama dalam meningkatkan kemampuan bahasa inggris. Perjuangan ini tidak mudah. Menguras waktu, energi, jatuh bangun serta berbagai tantangan dan pengorbanan lain yang menghabiskan waktu tahunan. Misalnya, nilai Bahasa Inggrisnya (TOEFL ITP) saya saat pertama kali tes berada di bawah standar. Istilahnya, kalau orang bilang, hanya tau “yes” dan “no” lah. 

Alhamdulillah Allah SWT menguatkan tekad saya untuk belajar Bahasa Inggris sebagai salah satu syarat untuk bisa mendapatkan beasiswa. Dan tentunya bertekad untuk lanjut kuliah ke jenjang berikutnya. Apalagi saya telah berkomitmen, cukup kuliah sarjana yang menggunakan uang orangtua. Untuk studi selanjutnya, saya harus gunakan kemampuan sendiri yang salah satunya dengan berburu beasiswa. Tentunya, doa dan dukungan serta semangat dari orangtua dan keluarga besar juga merupakan hal yang tidak kalah pentingnya.

Terkait TOEFL ITP tersebut, singkat cerita, Alhamdulillah saya berhasil meraih nilai di atas standar persyaratan beasiswa. Btw, kalau saya ingat-ingat perjuangan saya untuk belajar Bahasa Inggris, ingin nangis rasanya. Hahaha (saat menulis kalimat ini saja, kayak mau nangis. haha). Ini belum perjuangan lain juga ya. Haha. Apalagi saat hasil tes resmi TOEFL ITP saya keluar dan hasilnya di atas ekspektasi. Rasanya wow. Nilai TOEFL ITP saya tersebut saya ceritakan ke kawan-kawan perjuangan saya, saking senangnya. Ada kepuasan bahwa akhirnya hasil perjuangan belajar Bahasa Inggris saya telah membuahkan hasil. Oh iya, TOEFL ITP hanyalah salah satu indikator untuk mengukur kualitas bahasa inggris kita.

Salah satu hal yang menguatkan saya adalah Allah mempertemukan dengan orang-orang punya semangat dan komitmen yang sama. Orang-orang itu diantaranya adalah kawan-kawan saya yang akan ke luar negeri tersebut. Bagaimana dengan saya, apakah sudah ke luar negeri? Belum. Hahaha. Insya Allah nanti. Aamiin. Wkwkwk. Terus terang saya beberapa kali mendaftar beasiswa ke luar negeri tapi beberapa kali juga saya belum berhasil.

Seingatku, terakhir saya berjuang untuk mendaftar beasiswa keluar negeri adalah saat mencoba peruntungan di Beasiswa Pemerintah Australia untuk belajar di negeri kanguru ini. Saat menunggu hasil salah satu tahapan seleksi beasiswa ini, pendaftaran beasiswa dari pemerintah Indonesia gelombang pertama juga sedang dibuka. Mungkin pembaca pernah mendengar Beasiswa LPDP (cari sajalah apa kepanjangannya. hehe).

Sembari menunggu pengumuman berkas dari Tim Seleksi Beasiswa Pemerintah Australia, ada godaan untuk mendaftar beasiswa LPDP dalam negeri. Namun, di benak saya, berkomitmen ingin belajar ke luar negeri masih kuat. Di Beasiswa LPDP ini, selain menawarkan kuliah di dalam negeri, juga dipersilahkan untuk pilih kampus di luar negeri. 

Sayangnya, untuk beasiswa LPDP ke luar negeri, saya terganjal di salah satu syarat yakni Sertifikat Bahasa Inggris yang bernama IELTS. Sementara itu, Sertifikat Bahasa Inggris saya hanyalah TOEFL, khususnya lagi TOEFL ITP (ada juga TOEFL IBT untuk keluar negeri yang dapat digunakan tapi TOEFL jenis ini kurang lebih sama dengan IELTS dan saya pun tidak memiliki sertifikatnya).

Untuk memperoleh sertifikat IELTS dengan nilai yang sesuai dengan standar yang dipersyaratkan, saat itu masih cukup sulit. Saya belum pernah mengikuti tes resmi IELTS sebelumnya, selain karena biaya yang cukup mahal (2,9 juta kalau tidak salah saat itu. Ini tergantung dari fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap Dolar Australia), saya juga belum mempersiapkan betul untuk menjawab model soal ini. Butuh waktulah. Sementara waktu sudah sempit dan tidak memungkinkan lagi.

Hari yang ditunggu tiba. Pengumuman salah satu tahapan seleksi Beasiswa Pemerintah Australia keluar. Dan saya dinyatakan tidak lulus, hahaha. Hari pengumuman itu bersamaan dengan sementara dibukanya Beasiswa LPDP gelombang kedua atau gelombang terakhir tahun itu (tahun 2019). Karena berbagai pertimbangan, akhirnya saya urungkan niat untuk belajar di kampus luar negeri untuk sementara. Kemudian, saya memilih untuk mendaftar Beasiswa LPDP dalam negeri dimana semua syarat dokumen telah saya miliki. Kebetulan untuk persyaratan Bahasa Inggris cukup dengan TOEFL ITP dimana seperti yang telah saya singgung sebelumnya bahwa nilai saya Alhamdulillah sudah memenuhi.

Saya berencana jika lulus beasiswa LPDP untuk kuliah dalam negeri, Insya Allah nanti mendaftar beasiswa lagi untuk studi doktor di luar negeri. Alhamdulillah setelah melewati berbagai proses seleksi, Alhamdulillah saya dinyatakan lulus. Dan akhirnya saya melanjutkan kuliah magister di Universitas Indonesia (UI). Sekian dulu lah ceritanya. Panjang jika diceritakan sampai ke detail-detailnya. Banyak keharuan dan tantangan. Yang pasti, jangan putus asa dan teruslah berjuang. 

Panggung pemenang tersusun dari banyak tantangan: ada tawa, ada kesedihan, ada gagal, ada sinis dari orang lain, ada waktu yang dikorbankan, ada bangkit, ada semangat yang sempat lesuh dan kemudian bangkit, ada hal-hal baik lain yang ditinggalkan serta berbagai warnah cerita lain. Terus berjuang saja. Tantangan itu biasa. Kata orang bijak: di dunia ini tempat “berlelah-lelah”. Jadi jangan mengeluh. Berhenti berarti selesai. Orang yang hebat adalah bukan orang yang tidak pernah jatuh, tapi orang yang jatuh lalu bangkit untuk maju. Ini nasehat untuk saya juga. Perjuangan terus berlanjut. Kadang nasehat lebih mudah diucapkan tapi kadang sulit dijalankan. Hahaha…. Salam. Silahkan ambil hikmahnya. Semoga saya tidak riya. Aamiin.

Bau-bau, 20 Agustus 2023 
 

Komentar